Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Terjemahan Salah di Area Publik, Kenapa Dibiarkan?

26 Oktober 2024   13:35 Diperbarui: 27 Oktober 2024   12:03 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terjemahan salah|gambar via tribunnews.com

Hari yang panas di kala saya mengunjungi sebuah museum. Banyak guru sedang membawa siswa untuk menikmati keindahan gedung karya arsitek ternama, Ridwan Kamil.

Museum Tsunami Aceh, itulah nama tempat yang saya kunjungi di pusat kota Banda Aceh. Museum ini dibangun beberapa tahun setelah tsunami memporak-porandakan Aceh.

Ingatan saya sangat kuat bagaimana dulunya area tempat berdirinya museum ini hancur akibat ganasnya terjangan ombak tsunami. 

Di sore hari setelah kejadian tsunami tahun 2004, saya berdiri hanya beberapa meter dari lokasi museum megah ini untuk mencari beberapa saudara yang hilang dalam terkaman ombak.

Mayat-mayat berhamburan di selah puing-puing bangunan. Dari pinggir gedung tsunami, laut terlihat begitu jelas karena bangunan telah rubuh total. 

Kini, Museum Tsunami Aceh menjadi landmark kota Banda Aceh. Sejarah tsunami terpampang melalui gambar-gambar hasil potret kamera, disertai terjemahan ke dalam bahasa Inggris. 

Turis asing datang kesini untuk melihat langsung kedahsyatan tsunami. Di lantai atas, turis bahkan bisa melihat fenomena tsunami berbentuk digital. Siapa saja boleh masuk dengan karcis murah untuk mengenang kejadian tsunami 2004.

Tulisan saya ini tidak untuk membahas kejadian tsunami. Saya ingin menuliskan sisi lain, yakni berhubungan dengan terjemahan bahasa Inggris di area publik. 

Saat menyaksikan beberapa gambar pajangan di pelataran lantai utama. Saya dengan teliti membaca hasil terjemahan bahasa Inggris dan mencocokkan kembali dengan teks asli bahasa Indonesia. 

Ternyata apa yang saya khawatirkan benar-benar terlihat jelas. Hasil terjemahan beberapa gambar sungguh tidak layak. Bahkan, konteks kata dan kalimat dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris sama sekali tidak terhubung.

Saya mencoba menghubungi seorang teman penutur asli (native speaker) bahasa Inggris. Hanya untuk memastikan jika anggapan saya akan hasil terjemahan tidak semata-mata sebuah sudut pandang subjektif.

Setelah mengirim gambar dan teks lengkap hasil terjemahan ke teman, saya bertanya "what do you think of this translation, is that correct"? 

Jawabannya sebagaimana saya duga. Menurutnya, hasil terjemahan begitu buruk. Kata yang dipakai dan frasa yang disematkan keluar dari konteks kalimat sebenarnya. 

Ini adalah area publik yang dikunjungi setiap hari. Turis asing pun kerapkali memasukkan bangunan ini dalam daftar kunjungan mereka. Lantas, kenapa hasil terjemahan gambar yang dipertontonkan masih belepotan dengan kesalahan ?

Nah, gambar-gambar ini telah lama berada di area museum. Apakah tidak ada orang yang memberi masukan, atau mungkin pihak pengelola museum tidak menggubrisnya? 

Saya yakin setidaknya beberapa telah memberi masukan tentang kesalahan terjemahan pada gambar. Apalagi area ini dikunjungi banyak turis asing. Ditambah banyak 'ahli bahasa' pernah berkunjung ke museum ini. 

Lalu, apa peran lembaga bahasa jika kesalahan terus dipertontonkan ke publik?

Aneh jika foto-foto pajangan di area publik dipenuhi kesalahan terjemahan. Di kesempatan lain, saya juga menemukan kesalahan terjemahan ke dalam bahasa Inggris perihal sejarah masa lalu.

Kesalahan-kesalahan ini seringkali meliputi penggunaan kata yang salah, pemilihan frasa tidak tepat, dan alih bahasa asal-asalan. Artinya, variasi kesalahan seakan menunjukkan kualitas seorang penerjemah. 

Namun, kesalahan penerjemahan sulit terjadi atau bahkan mudah dihindari jika penerjemah adalah orang yang memahami bahasa Inggris, bukan orang awam yang sekedar bisa berbahasa Inggris. 

Pun demikian, keabsahan terjemahan sebaiknya dikuatkan dengan mengecek hasil terjemahan pada penutur asli. Harganya pun jauh lebih terjangkau dibanding menanggung malu hasil terjemahan bertahun lamanya.

Kesalahan pada terjemahan bahasa Indonesia ke bahasa Inggris mudah terjadi saat seorang 'penerjemah' tidak memahami konteks kalimat. Penerjemah yang maksud disini bisa siapa saja yang ditunjuk untuk menerjemahkan dokumen. 

Makanya, ketika bahasa Indonesia diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dibutuhkan pemahaman kedua bahasa mumpuni. Jika tidak, hasil terjemahan keluar dari maknanya. 

Baiklah, ijinkan saya memberi contoh sederhana berikut ini. 

Pada saat berkunjung ke tempat yang tersebut di atas, saya melihat satu foto berlatar jalan aspal yang hancur dan kini berubah menjadi pinggiran laut.

Hasil jepretan gambar|dokpri
Hasil jepretan gambar|dokpri

Deskripsi gambar berbunyi "badan jalan terputus dan sudah menjadi lautan". Lalu, dibawahnya tertulis dalam bahasa Inggris "road that has been disconnected and become an ocean".

Bagi orang awam, terjemahan kalimat tersebut kelihatan dan terdengar baik-baik saja. Tapi, ketika saya membaca kalimat bahasa Inggris dan membandingkannya dengan versi asli bahasa Indonesia, saya cukup gelisah.

Kenapa? karena terjemahannya lucu sekali!

Alasannya begini, kata "disconnected" bukanlah kata yang tepat untuk menerjemahkan kata "terputus". Selanjutnya, frasa "become an ocean" sama sekali tidak relevan dengan frasa "menjadi lautan".

Intinya, siapapun yang menerjemahkan kalimat ini tidak memahami kaedah bahasa Inggris. Bunyi kalimat dalam bahasa Inggris keluar dari rel terjemahan.

Kalimat yang benar untuk mendeskripsikan gambar seharusnya berbunyi sebagai berikut :

"A road that has been washed away and is now covered by the ocean"

Tampak terlihat di gambar bahwa jalanan tersapu oleh ombak, kemudian sebagian badan jalan tertutupi oleh air laut. Oleh karenanya, hasil terjemahan asli yang berbunyi "become an ocean" jelas salah besar.

Pun demikian, kata "disconnected" malah memperburuk kalimat karena tidak relevan untuk memaknai kata "terputus" dalam kata bahasa Indonesia yang sebenarnya.

Disini terlihat jika yang menerjemahkan bukanlah orang yang memahami bahasa Inggris dengan baik. Selain itu, kesalahan terjemahan juga bersinggungan dengan pemilihan frasa tidak tepat sesuai makna asli dalam bahasa pertama.

Frasa 'menjadi lautan' diterjemahkan serampangan menjadi 'become an ocean'. Ah, ini terjemahan ngawur jadinya. Masak jalan aspal dialihbahasakan menjadi lautan. 

Kata "become" dalam bahasa Inggris tidak serta merta boleh dimaknai sebagai "menjadi" dalam bahasa Indonesia. Dalam konteks kalimat di gambar, maksud terjemahan adalah jalanan yang kini berubah menjadi pinggiran laut.

Untuk itu, frasa yang relevan dengan bahasa aslinya adalah "now covered by the ocean". Kenapa? karena memang realita pada gambar menunjukkan sebagian jalanan yang sudah tertutupi air lain. 

Kalau diterjemahkan 'become an ocean' malah lucu kedengarannya. Kan tidak mungkin jalanan berubah menjadi lautan. Kecuali pakai ilmu sihir. Hehe.

Tulisan ini bukan untuk mengkritisi, tapi lebih kepada memberi masukan akan hasil terjemahan yang belum tepat. Khususnya di area publik, hendaknya hasil terjemahan benar-benar diperhatikan sebelum dipajang ke publik. 

Pemerintah daerah, melalui unsur terkait seperti lembaga bahasa, perlu meninjau ulang hasil terjemahan gambar atau dokumen di area publik. Jika perlu, lakukan pengecekan dengan melibatkan ahli bahasa Inggris.

Kesalahan terjemahan tidak boleh disepelekan dan dianggap biasa. Bagaimana peran pemerintah dalam hal menggaet pengunjung asing jika hasil terjemahan saja masih salah.

Jangan sampai turis asing malah tambah pusing ketika membaca teks bahasa Inggris. Semoga pihak terkait mengambil sikap dan membetulkan kesalahan yang sudah bertahun dipertontonkan ke publik. 

Ya, semoga saja!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun