Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Memahami Doom Spending dan Cara Mengatasinya

18 Oktober 2024   21:00 Diperbarui: 19 Oktober 2024   07:07 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perilaku doom spending | via Liputan6

Teknologi memungkinkan perusahaan menguasai perilaku konsumen. Informasi aktivitas di media sosial sangatlah berharga bagi pihak tertentu. Hanya dengan beberapa kali mengecek gambar yang muncul di layar, algoritme mudah saja menebak keinginan konsumen. 

Lantas, bagaimana perilaku doom spending terbentuk? 

Waktu yang kita habiskan berselancar di media sosial berakhir pada salah satu emosi. Tentu saja bergantung pada jenis informasi apa yang kita serap sepanjang hari. Emosi ini kadangkala tidak sepenuhnya kita sadari.

Gen Z dan Milenial lebih banyak menyerap informasi dari akses internet. Oleh karenanya, emosi mereka condong negatif. Kecenderungan pada emosi negatif mengarahkan otak untuk melampiaskan pada sesuatu. 

Otak manusia mampu menyimpan milyaran informasi. Namun, asupan informasi yang terlalu banyak juga tidak baik bagi otak. Makanya, ketika otak dibebani dengan informasi berlebih, kemampuan mengambil keputusan yang benar berkurang.

Dengan kata lain, otak mudah dipengaruhi oleh emosi negatif dan membuat keputusan yang tidak tepat. Sebagai bukti, perilaku doom spending jarang terjadi pada generasi baby boomers dan generasi x yang lahir sebelum akses informasi terbuka lebar.

Gen X vs Gen Z|ilustrasi via Katadata.co.id
Gen X vs Gen Z|ilustrasi via Katadata.co.id

Sumber informasi tanpa batas bersarang di otak, lalu sistem saraf merubahnya menjadi sebuah emosi. Jika konsumsi informasi mengarah pada hal berlebihan, emosi negatif mempengarungi pilihan seseorang.

Dalam hal ini, perilaku konsumtif dengan membelanjakan uang tanpa pikir panjang adalah reaksi dari gejolak informasi berlebih. Alhasil, pilihan berbelanja barang bisa saja tidak lagi merujuk pada standar kebutuhan.

Cara Mengatasi Doom Spending

Louise Hill, the chief executive and co-founder of Go Henry, said young people were often influenced to buy things they don't need as they're continually exposed to new products online.

Hindari mengakses informasi produk online secara berlebihan. Kebiasaan belanja terbentuk dari rentetan informasi yang kita konsumsi sehari-hari. Akan lebih baik jika membatasi pemakaian media sosial, terlebih bersangkutan dengan iklan barang.

Otak manusia sungguh luar biasa! informasi yang kita terima setiap detiknya terpisah pada lapisan otak berbeda. Manakala informasi yang sama diakses berulang kali, otak akan menyimpannya sebagai sebuah memori penting.

Untuk itu, batasi informasi ketika menggunakan smartphone. Tidak semua informasi bermanfaat dan relevan bagi otak. Analisa kebiasaan mengakses informasi, apakah terarah atau tanpa arah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun