Jika seorang ayah menanamkan emosi negatif tentang uang kepada anak, maka besar kemungkinan sang anak tumbuh besar menganggap uang sebagai sumber masalah.
Pun demikian, seorang ayah yang bersikap positif pada anak ketika bersinggungan dengan uang, sikap positif akan dibawa anak ketika berhadapan dengan uang di masa depan.
Pernah tidak anda mendengar seorang ayah berkata pada anaknya "kita ini keluarga miskin, uang kita terbatas"?
Lalu, bagaimana emosi si anak di kemudian hari ? ucapan negatif tentang uang menarik energi negatif dalam tubuh seseorang. Tidak heran, orang dengan ucapan serba kekurangan berada pada kondisi kekurangan pula. Seolah magnet bekerja menolak uang untuk datang menghampiri.Â
Bandingkan dengan sebuah keluarga yang bersikap positif. Misalnya, seorang ayah berkata "nak, ambillah uang ini, nanti pasti ada rejeki lain yang datang pada ayah". Bagaimana perasaan sang anak, positif atau negatif?
Semua yang kita ucapkan sejatinya akan kembali pada kita. Pengalaman buruk tentang uang di masa kecil juga dibawa serta sampai dewasa oleh seorang anak.Â
Dimana ia bersembunyi? emosi! ya, tepat sekali. Emosi tentang uang menentukan perilaku seseorang dan cara ia memperlakukan uang ketika dewasa.
Otak dan Perilaku Konsumen
Dengan informasi yang mengalir deras ke otak, perilaku seseorang mudah berubah. Aktivitas online memberi rangsangan masif pada otak. Terlebih dengan peran media sosial, raksasa teknologi dengan mudah merubah perilaku calon konsumen.Â
Anda boleh saja seketika melihat gambar sepasang sepatu saat menggunakan media sosial, kemudian menekan gambar tersebut untuk melihatnya. Tanpa anda sadari, iklan sepatu akan bermunculan beberapa saat kemudian.
Apakah ini kebetulan? jelas tidak!