Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketahanan Pangan dengan Mengompos Sampah Rumah Tangga

8 Oktober 2024   11:02 Diperbarui: 8 Oktober 2024   11:03 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengurai sampah sisa dapur menjadi kompos|dokpri

Setiap rumah tangga pasti memiliki limbah dapur. Sebagian besarnya tergolong sebagai sampah organik basah berupa sisa sayuran, kulit buah dan atau bahkan buah yang telah membusuk. 

Sampah organik ini jika tidak dikelola dengan baik akan menghasilkan bau tidak sedap. Sebaliknya, dengan manajemen kompos akan dihasilkan pupuk organik terbaik. 

Kita mungkin tidak menyadari betapa banyak sampah yang sebenarnya bisa dikelola dari dalam rumah. Limbah dapur dari hasil memasak, sisa makanan, dan buah mudah untuk dirubah menjadi zat bermanfaat.

Namun dari itu, kita butuh usaha untuk membangun kesadaran penuh dari lingkup terkecil yakni rumah tangga. Hampir 90% sampah dimulai dari dalam rumah. Sampah-sampah ini seringnya menumpuk dan meninggalkan bau menyengat. 

Padahal, limbah sisa dapur menawarkan banyak manfaat untuk sebuah ekosistem tumbuhan. Bagi sebagian orang, sampah organik berakhir tanpa manfaat. Seringnya dibuang begitu saja dan dicampur bersama sampah kering yang sulit terurai.

Mengurai sampah sisa dapur menjadi kompos|dokpri
Mengurai sampah sisa dapur menjadi kompos|dokpri

Memilih dan memilah sampah mesti dijadikan kebiasaan dalam rumah tangga. Sampah basah dan sampah kering harus dikelola dengan benar agar tidak tercampur. Hal ini juga mempermudah kerja para pengangkut sampah. Bukankah itu sebuah kebaikan?

Kalau saja setiap rumah mau membangun kesadaran akan sampah, tentu jumlah sampah bisa berkurang secara sistematis. 

Tata kelola sampah rumah tangga sewajarnya diajarkan pada anak-anak sedari kecil. Misalnya, mulai dari hal sederhana memisahkan sampah dalam piring, sisa makanan dan buah ke dalam satu wadah.

Lalu, semua sampah basah yang terkumpul ditempatkan dalam karung, pot atau media lain untuk kemudian dicampur tanah. Sesimpel itu saja!. Setiap kali limbah dapur terkumpul segera masukkan ke wadah kompos dan kembali disirami tanah diatasnya.

Saya memilih karung sebagai wadah kompos. Ya, karung beras di dapur dimasukkan tanah dan di atasnya diletakkan limbah dapur. Media kompos sejenis karung mudah untuk digerakkan atau dipindah. 

Ketika limbah dapur terkumpul, cukup disiram lagi ke dalam karung dan ditutupi tanah agar lebih mudah terurai.

Mengompos sisa makanan sangatlah mudah. Tidak perlu ijazah S1 atau S2! modalnya tanah, sisa makanan, dan wadah. Semuanya bisa didapat dengan mudah sekali dari dalam rumah.

Sisa makanan berupa sayur dan buah dipotong kecil-kecil agar cepat membusuk. Kalau tidak mau dipotong kecil juga tidak masalah. 

Lempar saja ke dalam karung dan sirami dengan tanah. Tutup rapat dan lakukan berulang kali untuk menambahkan sisa limbah dapur yang sudah terkumpulkan. 

Dalam 1-2 bulan, limbah sisa dapur tadi sudah menjadi kompos yang layak digunakan untuk media tanam. Campurkan kompos ini dengan tanah untuk kemudian ditanami sayuran di pekarangan rumah. 

Tanam saja tomat, cabe, bawang, atau sayur mayur yang sehari-hari dibutuhkan. Hasilnya luar biasa! kita bisa panen sayuran organik setiap saat bebas zat kimia dan dijamin mengandung gizi terbaik untuk tubuh. 

Tanam tomat di pekarangan rumah|dokpri.
Tanam tomat di pekarangan rumah|dokpri.

Intinya, ketahanan pangan tidak melulu soal program pemerintah. Mulai saja dari rumah dengan modal kecil, lalu lihatlah keajaibannya. Hidup lebih sehat, gizi tercukupi, dan yang tak kalah penting kebutuhan dapur tercukupi.

Jangan terlalu berharap pada pemerintah. Toh, program makan gratis saja tak kunjung selesai dibahas dan dipangkas. Lakukan apa yang kita bisa dari dalam rumah. Kelola sampah dengan benar dan jadikan itu sebagai alternatif hidup sehat, murah dan berkesinambungan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun