Kementerian Pemuda dan Olahraga seharusnya memiliki kebijakan terukur berkaitan tata kelola konsumsi PON 2024 ini. Siapa yang terlibat, bagaimana mekanisme pemesanan, dan panitia penanggung jawab mesti memberi klarifikasi.Â
Masyarakat Aceh secara umum menyambut baik pelaksanaan PON 2024. Sayangnya, banyak oknum berperilaku buruk mengatasnamakan PON Aceh-Sumut. Akhirnya, kesan buruk tersemat pada nama Aceh sebagai penyelenggara acara.
Saya beberapa kali menghadiri pertandingan berbeda. Diantaranya: anggar, panjat tebing, muaythai, dan tenis. Venue PON 2024 yang dibangun di Aceh cukup bagus, walaupun masih terdapat kekurangan di berbagai sisi.Â
Mayoritas pertandingan diadakan di stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh. Areanya cukup luas untuk mengakomodir acara dan pertandingan beregu.Â
Seingat saya, beberapa cabang olah raga (Cabor) yang diadakan disini adalah: angkat besi, anggar, tenis, memanah, dan beberapa lainnya.Â
Sementara cabor lain berada di venue berbeda terpaut beberapa kilometer di pusat kota Banda Aceh. Sekilas, akses jalan terlihat bagus, ruangan pertandingan cukup ideal, dan akses masuk bagi penonton tidak memakai karcis alias gratis.Â
Isu buruk PON 2024 juga tersemat pada cabor sepakbola. Pukulan pemain Sulewesi Tengah (Sulteng) terhadap wasit beredar luas di jagat raya. Wasit dinilai tidak adil dan memihak tuan rumah.Â
Nah, publik di Aceh juga menyesali kejadian ini. Banyak penonton Aceh kecewa akan perilaku wasit ketika pertandingan berlangsung. Lagi-lagi, nama baik Aceh tercemar. Kekecewaan suporter Aceh ditumpahkan pada media sosial. Mereka malah memuji keunggulan tim Sulteng.Â
Di balik kelemahan panitia selaku tuan rumah, PON Aceh-Sumut masih menyisakan segudang kabar baik. Tidak sedikit atlit yang datang ke Aceh merasa diperlakukan dengan ramah oleh tuan rumah.Â