Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Membangun Pustaka dengan Konsep Playground di Seluruh Desa Indonesia

10 September 2024   11:26 Diperbarui: 10 September 2024   16:20 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi buku anak di pustaka wilayah | Dokumentasi pribadi

Saya tiba di pustaka wilayah kota Banda Aceh di awal pagi. Banyak anak sekolah sedang berkunjung ke sini untuk membaca. Pustaka ini baru saja diresmikan dengan desain lebih megah dan indah. Ruang baca anak didesain dengan konsep menarik. Rak buku, meja dan kursi tersusun rapi. 

Kebetulan di Aceh sedang diadakan Pekan Olahraga Nasional (PON), sekolah di Banda Aceh diliburkan selama satu minggu dan anak-anak dihimbau untuk belajar secara daring.

Jadilah pustaka sebagai tempat terbaik untuk belajar. Saya sengaja membawa anak ke sini untuk mengerjakan tugas yang diberikan sekolah selama masa libur.  

Di akhir pekan biasanya banyak anak-anak yang berkunjung kesini bersama orang tua mereka. Koleksi buku walaupun tidak terlalu lengkap, tapi sudah lebih banyak dari sebelumnya. 

Anak-anak bisa bermain sambil mencari koleksi buku untuk dibacakan oleh ayah dan ibu. Lalu, mereka mulai belajar hal baru dari buku-buku dengan gambar menarik.

Koleksi buku pustaka wilayah | Dokumentasi pribadi
Koleksi buku pustaka wilayah | Dokumentasi pribadi

Antusiasme orang tua untuk membawa anak ke pustaka terlihat begitu besar. Selain itu, jumlah pengunjung meningkat semenjak pustaka diresmikan tahun 2022 oleh pemerintah daerah. Tahun 2023 tercatat pengunjung pustaka mencapai 220 ribu orang. Sebuah angka yang fantastis!

Koleksi buku anak di pustaka wilayah | Dokumentasi pribadi
Koleksi buku anak di pustaka wilayah | Dokumentasi pribadi

Sebagai pustaka terbesar di Aceh, setidaknya desain bangunan baru telah menghadirkan konsep membaca yang nyaman bagi khalayak ramai. Mahasiswa juga lebih leluasa untuk mencari koleksi buku serta mengerjakan tugas pada bilik-bilik khusus yang dibangun di ruang terpisah.

Berbagai fasilitas perpustakaan diharap mampu mengundang lebih banyak pengunjung untuk membaca. Dengan demikian, minat baca anak-anak lebih mudah untuk dipacu.

Tingkat literasi anak-anak Indonesia masih sangat rendah dibanding negara maju seperti Jepang. Pemerintah perlu membangun lebih banyak pustaka di tingkat daerah dengan mengalokasikan APBN khusus untuk  usaha peningkatan literasi anak.

Desain pustaka dan konsep membaca semestinya dibangun dengan pola menyenangkan. Anak-anak memerlukan tempat hiburan yag nyaman. Pustaka terbuka dengan konsep playground tentu menarik untuk dibangun di setiap kabupaten.

Di desa-desa, pustaka masih barang langka yang sulit dicari. Bangunan pustaka kalah populer dibanding minimarket dan mall. Wajar jika anak-anak di desa belum sepenuhnya tertarik untuk membaca.

Anggaran khusus untuk membangun pustaka dengan konsep playground di desa sudah sewajarnya dipikirkan. Anak-anak membutuhkan tempat bermain yang lebih ramah di setiap kabupaten.

Area bermain dengan konsep membaca boleh jadi efektif untuk menumbuhkan minat baca anak-anak desa. Disana, mereka bisa belajar mengenal huruf, angka, gambar, dan baca tulis dengan bermain tentunya.

Minat baca mudah dibangun manakala kebijakan dihasilkan dengan konsep kreatif. Orang tua, guru, dan masyarakat saling bergantian menumbuhkan minat baca di ruang publik terbuka. 

Belajar di ruang terbuka dengan pemandangan alam yang indah menghadirkan suasana nyaman. Oleh sebab itu, pemerintah perlu berpikir kreatif dengan melibatkan para arsitek untuk mendesain banyak playground bertema literasi ramah anak di setiap desa.

Pustaka di Nakanoshima, Jepang | mainichi.jp
Pustaka di Nakanoshima, Jepang | mainichi.jp

Sebagai contoh, di Jepang arsitek bernama Tadao Ando mendesai bangunan pustaka dengan konsep unik. Di pustaka ini terdapat 18 ribu koleksi buku bergambar untuk anak. 

The book facility has about 18,000 titles, including picture books, children's literature and artistic works. It doesn't let visitors take the books home, but allows them to read them anywhere within the park. Admission is free, but reservations are required via the facility's website.

Anak-anak bebas membaca buku di dalam pustaka dan di area taman. Aktivitas membaca menjadi lebih menarik karena menyatu dengan alam. Tema book forest adalah cara unik membangun pustaka bersinergi dengan alam. 

Nakanoshima Children's Book Forest merupakan satu contoh keseriusan pemerintah Jepang membangun pustaka bagi anak-anak. Mereka membangun peradaban generasi pembaca melalui ruang bertingkat berkoleksi ribuan judul buku.

Contoh lainnya adalah karya Yukuwa Design Lab di kota Sakai provinsi Osaka, Jepang. Arsitek ini membangun sebuah pustaka yang menggabungkan konsep indoor dan outdoor bersamaan. 

Pustaka anak di Sakai, Jepang | dezeen.com
Pustaka anak di Sakai, Jepang | dezeen.com

Nah, pustaka anak ini sengaja dibangun dengan jendela besar menghadap ke taman. Tujuannya agar anak-anak tidak terperangkap dalam bangunan bersekat. Mereka diajak membaca sambil menikmati panorama alam di luar bangunan.

The building's orientation optimises views of the neighbouring park to create a "calm and comfortable" learning space for the children.

Taman kota menjadi sumber ketenangan dan kenyamanan untuk tempat belajar anak. Arsitek benar-benar paham cara menyatukan alam dan bangunan sebagai ruang transfer ilmu.

Kedua contoh desain pustaka di Jepang ini sepatutnya menjadi sumber inspirasi bagi para arsitek Indonesia. Kita perlu mendesain pustaka ramah anak di desa-desa dengan konsep menyatukan alam dan bangunan.

Pemandangan alam Indonesia jauh lebih menyenangkan dan menyegarkan. Menghadirkan ruang terbuka sebagai tempat belajar dengan ribuan koleksi buku bukanlah hal sulit.

Sayangnya, kandidat bupati atau gubernur di setiap provinsi jarang yang berpikir untuk membangun pustaka ramah anak. Rata-rata program yang ditampilkan hanya menyentuh faktor ekonomi.

Akankah pemerintah Indonesia mampu meningkatkan literasi anak menyamai Jepang ? let's see!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun