Apa maksudnya?
Saya harus tetap menjaga BPM di angka 143 di setiap kilometer. Intinya, saat denyut jantung naik, saya harus memperlambat langkah kaki untuk kembali ke angka yang sama.Â
Kalau sudah terbiasa lari dengan pace cepat(3,4,5), maka perlu menurunkan kecepatan lari. MAF efektif bekerja untuk ketahanan (endurance) Khususnya bagi pelari jarak jauh.
Dalam 14 hari ini, saya sudah merasakan bagaimana tehnik MAF membantu untuk menstabilkan denyut jantung. Jadinya, saya tidak mudah lelah dan aman untuk berlari setiap hari di jarak 7-10 kilometer.Â
Saya juga merubah pola makan secara total. Saya tidak mengkonsumsi kopi lagi, stop gula, dan makanan apapun dari tepung[kue, mie, dll, serta tidak memakan gorengan.Â
Efeknya sangat terasa bagi tubuh. Rasa lapar tidak mudah datang dan kualitas tidur jauh lebih baik. Selain itu, konsentrasi meningkat dan sepanjang hari sama sekali tidak terasa lelah walaupun banyak melakukan aktivitas.Â
Apakah MAF cocok untuk semua orang?
Saya tidak bisa menjawab secara pasti. Tapi, dari pengamatan pribadi dan setelah mencobanya, saya rasa MAF bisa diterapkan oleh siapa saja jika mau membangun kekuatan lari di jarak jauh.
Manfaat lari pola MAF juga baik untuk jantung. Tentunya untuk orang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung.Â
Saya akan terus melanjutkan tehnik MAF selama tiga bulan kedepan. Paling tidak, saya sudah merasakan manfaatnya dan tergerak untuk terus aktif lari pagi.Â
Kalau nantinya saya berhasil menurunkan BPM ke angka yang lebih rendah dengan waktu lari yang sama, maka kesimpulannya jelas. MAF dapat meminimalisir cidera lutut ketika berlari dan membuat tubuh lebih cepat memulihkan diri.
Saya akan menuliskan kelanjutannya [part 2] setelah satu bulan menerapkan MAF. Stay tuned!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H