CNBC mengeluarkan berita berjudul " Hamas' new political leader Yahya Sinwar is seen as more extreme --- and less willing to compromise" [CNBC, 7/08/2024].
Barat tercengang dengan berita pengangkatan Yahya Sinwar sebagai pemimpin Hamas baru. Frasa 'more extreme' cukup beralasan digunakan sebagai sebuah headline berita media barat.
Yahya dipandang lebih berbahaya karena memiliki kepribadian pantang menyerah. Pernah dipenjara sejak 1989 di israel tidak menghentikan langkahnya sama sekali.
Bahkan, selama 22 dalam penjara Israel, Yahya mampu mempelajari bahasa Ibrani. Pada tahun 2011 berkat penukaran tahanan, Yahya mendapat kebebabasan menghirup udara luar. 1 tentara Israel ditukar dengan 1000 tahanan Palestina ketika itu.
CNBC mendeskripsikan bahwa Yahya tidak hanya mampu membaca, namun berbicara dan menulis dalam bahasa Ibrani. Selain itu, Yahya juga mampu membaca bahasa tubuh penjaga penjara.Â
"Sinwar later said in interviews that he used his time in prison to learn to speak, read and write in Hebrew, and to understand the psychology and behavior of his Israeli captors. In 2015 he was designated a terrorist by the U.S. government, and in 2017 he was elected the leader of Hamas." [CNBC 7/08/2024]
Coba bayangkan orang seperti apa yang bisa menguasai salah satu bahasa tersulit dan secara psikologi mampu bertahan selama 22 tahun di penjara.
Makanya, penunjukan Yahya Sinwar sangat mengejutkan. Jika Almarhum Ismail Haniyeh lebih mudah diajak untuk berembuk, tidak dengan Yahya Sinwar.
Ia dianggap sebagai penguasa lapangan. Hidupnya dihabiskan dalam terowongan sebagaimana diungkapkan wartawan CNBC dalam sebuah kalimat berikut :
"A top target of Israel's military, Sinwar has survived assassination attempts over the years and is believed to have spent much of the current war hiding in Gaza's intricate network of tunnels"