Apakah hilangnya sosok ayah di rumah membuat anak perempuan kehilangan jati diri?
Peran ayah sebagai sosok penyayang tidak boleh dikesampingkan. Pun demikian, melalui sosok ayah, seorang anak perempuan dapat mewarisi benteng pertahanan akan harga diri dan percaya diri.
Remaja putri sangat rentan terjebak pergaulan bebas. Media sosial bahkan memperburuk keadaan. Filter pergaulan semakin buruk dikarenakan bebasnya anak menjangkau pertemanan.
Dengan tontonan bebas yang kebanyakan tidak mendidik, anak usia sekolah belajar hal negatif tanpa filter. Akibatnya, mereka tergerak mencari tahu dan keblablasan ketika bertindak.
Seharusnya, peran ayah mutlak hadir dalam rumah. Remaja putri perlu dipandu dan dibimbing untuk tahu cara berinteraksi dan berkomunikasi dengan lawan jenis.
Sangat menyedihkan jika seorang ayah dengan suka rela menfasilitasi perangkat ponsel pintar bagi anak perempuan. Lalu, tanpa bersalah memberi kebebasan untuk berselancar di dunia maya.
Menjaga anak perempuan di zaman sekarang jauh lebih sulit dibandingkan dahulu kala. Akses informasi yang begitu cepat dan masif membuat otak merekam banyak hal dalam waktu singkat.
Maknanya, sirkulasi informasi di otak seperti ombak besar yang menenggelamkan. Jika tidak dibatasi dan diproteksi, bersiaplah untuk tertelan dalam pusaran membahayakan.
Fenomena Open BO di kalangan remaja usia sekolah cukup mengkhawatirkan para orang tua. Di perparah dengan penyediaan alat kontrasepsi secara legal dari pemerintah.
Tinggal menunggu waktu, tren gaya hidup remaja sekolah bukan mustahil mengarah pada tranfer penyakit kelamin.
Walaupun alat kontrasepsi ini berguna untuk mencegah, tapi secara tidak langsung malah mempermudah akses prostitusi halus pada anak usia sekolah.