Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kebijakan Alat Kontrasepsi dan Fenomena Open BO di Kalangan Remaja Usia Sekolah

8 Agustus 2024   09:29 Diperbarui: 8 Agustus 2024   09:43 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alat kontrasepsi|freepik.com

Ada yang mengaitkan praktik open BO demi menambah uang saku untuk belanja pakaian dan tas. Dengan kata lain, tren dan pola hidup berhasil membeli harga diri seorang remaja putri.

Baru-baru ini di kota Pangkalpinang terjadi razia handphone di kalangan remaja sekolah. Dari hasil penelusuran mendalam, ada indikasi open BO di sekolah yang melibatkan siswi. (sumber: Belitug.tribunnews, 3/8/2024)

Tren Open BO juga menyasar segmen pelajar SMP. Artinya, para mucikari bergerak aktif mencari mangsa seksual di bawah umur. Bahkan, pemuda 17 tahun jadi mucikari Open BO di Bekasi (sumber: detiknews.com, 13/01/2024)

Pelaku Open BO ini besar kemungkinan adalah korban mucikari. Mereka sedari awal tidak mengetahui jika akhirnya ingin dijual. Namun, tawaran pekerjaan dengan uang besar begitu menggiurkan pelajar usia belasan.

Pusaran seks bak arus tajam. Sekali terseret ke dalam, maka selamanya akan sulit keluar dari pusaran. Bukan hanya harga diri sebagai taruhan, tapi nyawa dan nama baik keluarga.

Peran Media Sosial 

Akses media sosial yang begitu bebas bak racun mematikan. Para remaja bisa dengan mudah terkoneksi dengan dunia luar. Akhirnya, di umur belasan mereka sudah mengkosumsi informasi yang belum layak.

Fenomena Open BO tidak serta merta muncul ke permukaan. Apalagi kian menyebar di kalangan remaja usia sekolah menengah. Faktor akses pada smartphone dan koneksi internet membuat filter remaja tidak lagi bekerja.

Jika dulu layanan seks secara konvensional terbatas pada wanita dewasa, kini sudah merambah ke tingkat siswi SMP dan SMA. Metode konvensional seringkali ditenggarai faktor ekonomi dan pilihan hidup.

Yang patut dipertanyakan, kenapa para remaja rela menjual diri melalui media sosial?

Sekolah sebagai tempat transfer ilmu pun tidak mampu membendung fenomena Open BO di kalangan pelajar. Hal ini bukan hanya mencoreng nama baik institusi pendidikan, tapi juga mempertanyakan kemana peran guru di sekolah.

Fenomena Open BO juga memberi indikasi lemahnya peran orang tua di rumah. Terlebih peran seorang ayah sebagai benteng terkuat anak perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun