Tidur yang cukup dan tidak makan sebelum lari membuat stamina terjaga. Mungkin bagi sebagian pelari hal ini tidak terlalu berpengaruh. Pada kenyataannya, saya melihat perbedaan cukup besar ketika memilih sarapan sebelum lari. Berlari dalam keadaan perut kosong jauh lebih efesien untuk performa lari jarak jauh.Â
Ada satu kalimat yang cukup menggelitik. Lari 5k, foto 5 Gb. Ah, ada benarnya juga! Hampir rata-rata peserta 5k antusias mengikuti event karena dua hal: pertama, mengumpulkan medali. Kedua, pamer foto.
Cukup beralasan memang! sesaat sesudah mendapatkan medali, sesi foto dimulai. Puluhan pelari begitu antusias mendokumentasikan medali yang baru didapat dari panitia. Lupakan lelah saat berlari 5k, lanjutkan foto 5 Gb. Hahahaha!
Karena ini kali pertama saya ikut lomba lari, suasana terkesan meriah. Namun, dari pengamatan saya, panitia terlihat kurang menguasai lapangan. Medali tidak dibagikan sesaat setelah pelari masuk ke garis finish, melainkan di tempat terpisah.Â
Mudah saja bagi orang lain untuk sekedar mengambil medali karena tidak dilakukan pengecekan. Lagipun, dengan puluhan pelaro datang bersamaan, siapa yang sanggup menverifikasi.
Kerumunan pelari 5k antri untuk mengambil medali. Cukup beruntung karena saya memilih 10k, jadinya tidak perlu berdiri lama untuk mendapatkan medali.Â
Seoranng teman hampir tidak memperoleh medali karena kehabisan. Akhirnya, panitia datang dengan stok lain. Alhasil, pembagian medali seperti pengambilan jatah hidup.
Dari event lari ini, saya belajar tentang tehnik berlari yang benar. Terkhusus pada katagori 10k, butuh latihan keras untuk mengatur pola lari untung menyeimbangkan tenaga dari awal lari sampai selesai.
Tim ambulance mengiringi pelari untuk antisipasi kejadian yang tidak diharapkan. Alhamdulilah, tidak ada yang sampai pingsan di jalan. Sayangnya, hanya terdapat satu meja yang membagikan air minum. Itupun ditempatkan di jarak 7.3k setelah kerongkongan kering.