Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Harga Sayur Anjlok, Kemana Pemerintah?

15 Juli 2024   18:19 Diperbarui: 15 Juli 2024   18:39 1644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani sayur|freepik.com

Hasil panen melimpah tidak selamanya membawa kabar bahagia bagi petani. Di Magelang baru-baru ini petani terpaksa menyetujui harga pasar. Hasil panen pakcoy yang sebelumnya dijual tujuh ribu per kilogram, kini anjlok ke angka tak disangka.

Bayangkan, sekilo pakcoy hanya 200 rupiah. Akibatnya, petani memilih untuk menyedekahkan pakcoy ke pesantren ketimbang busuk. 

Ah, mulianya hati petani tersebut. Harga jual yang tak masuk akal ini semestinya tidak terjadi jika pemerintah hadir dengan kebijakan yang memihak para petani.

Ini hanya gambaran satu dari sekian banyak nasib buruk petani di Indonesia. Mereka kadang harus mengeluarkan modal besar di awal untuk bertani, tapi ketika musim panen tiba harga jual tidak seperti yang dibayangkan.

Belum lagi ketika tumbuhan terserang hama, biaya operasional malah lebih besar. Sehari yang lalu saya membeli tomat di sebuah pasar. Dengan harga 10 ribu, saya bisa mendapatkan tiga kilogram tomat. Biasanya 10 ribu harga ideal untuk satu kilogram tomat. 

Ketika saya tanya kenapa harga jual sangat murah, penjual menjelaskan bahwa terlalu banyak tomat saat ini. Petani memanen dalam waktu bersamaan. Di tingkat petani, harga boleh jadi lebih rendah dari harga pasar.

Bagi pembeli ini sangat menguntungkan, namun tidak disisi petani. Mereka mengolah lahan, menyemai bibit, dan banyak juga yang menyewa pekerja untuk lahan yang luas. Harga jual yang begitu rendah membuat keuntungan sangat tipis.

Petani yang pola pikirnya sedikit lebih maju biasanya akan mengolah sayuran atau buah manakala hasil melimpah ruah. 

Misalnya, tomat bisa dijadikan saos atau nanas yang bisa dijadikan selai. Harga jualnya bisa lebih tinggi dengan kemasan menarik. 

Tapi, peran pemerintah dalam usaha mengimbangi harga pasar masih belum terlihat. Padahal, dengan kebijakan harga jual terstruktur, petani tidak perlu khawatir akan hasil panen yang melimpah. 

Pemerintah boleh saja membeli dari petani, mengolahnya menjadi berbagai varian produk, lalu menjual kembali untuk dipasarkan di supermarket. Bukankah itu satu solusi yang cukup membantu petani bertahan di masa sulit?

Beberapa bulan yang lalu, nelayan di Aceh kewalahan dengan hasil tangkapan ikan yang banyak. Tempat penampungan ikan yang terbatas membuat harga jual anjlok dan ikan-ikan tersebut akhirnya ditimbun guna menghindari bau busuk. 

Nelayan berangkat dengan modal lumayan, tapi harus menelan pil pahit saat kembali ke darat dengan harga jual dibawah target. 

Jika saja ikan-ikan ini lebih cepat diolah menjadi produk dalam kemasan, harga jual jauh lebih tinggi tanpa harus menggigit jari lebih dulu.

Pemerintah punya andil besar dalam hal menentukan harga jual. Daftar harga ini menjadi patokan harga jual yang berlaku dan wajib diikuti. Walaupun hasil panen melimpah, pemerintah harus mau membeli dan mengolah untuk menjadikan produk bernilai jual tinggi. 

Kalau berharap dari pajak semata, untuk apa lahan subur Indonesia? bukankah hasil panen berlimpah menandakan potensi sumber pendapatan negara jika dikelola dengan baik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun