Di tanah Gayo, kopi dan alpukat tumbuh subur. Saya melihat sendiri betapa suburnya pohon-pohon alpukat disana. Daunya lebat, buahnya bergantungan layaknya buah mangga di pekarangan rumah.
Masyarakat tanah Gayo dan kabupaten Blangkerejen adalah petani-petani kopi terbaik. Daratan tinggi dengan cuaca dingin menghasilkan kopi terbaik dunia.Â
Kebetulan seorang teman dekat memiliki kebun kopi milik keluarga. Saya melihat langsung buah kopi dari batang yang ditanam berdekatan dengan rumah.
Setelah bertanya lebih lanjut tentang pohon alpukat, saya mengikuti sarannya untuk memangkas pohon alpukat yang sudah berumur 3 tahunan. Semoga saja bisa berbuah 1-2 tahun kedepan. Namanya juga eksperimen pertama, masalah berbuah atau tidak urusan belakang.Â
Banyak jenis alpukat di pasaran. Alpukat jenis mentega termasuk yang paling diminati. Dagingnya tebal dan lembut dengan rasa enak di lidah.Â
Petani Indonesia juga ada yang sudah melakukan perkawinan silang antara batang alpukat asal Thailand dan jenis alpukat lokal. Sebagaimana diberitakan Kompas.com edisi Maret 2020, petani asal Blitar sudah berhasil menghasilkan alpukat dengan bobot sampai 2 kilogram.
Kalau petani Indonesia serius layaknya petani di Thailand, budidaya buah alpukat cukup menjanjikan. Harga yang relatif stabil dan permintaan pasar tinggi jelas memberi keuntungan besar.
Alpukat juga dibutuhkan untuk bahan baku kosmetik. Artinya, manfaat alpukat tidak terbatas sebagai nutrisi tubuh. ragam jenis produk kesehatan perawatan tubuh dan kulit mengandung ekstrat buah alpukat.
Indonesia mayoritas tanahnya subur. Alpokat kualitas premium mudah dikembangkan di tanah Indonesia. Petani cuma butuh melakukan inovasi untuk mengembangkan varietas alpukat terbaik. Konsumen siap membeli dengan harga layak.
Jangan berharap banyak pada pemerintah. Urusan pupuk saja tidak merata, apalagi memperbaiki sistem pertanian. Petani harus lebih kreatif dan berani mencoba untuk hasil maksimal.Â
Petani Thailand mendapat dukungan penuh dari pemerintahnya. Inovasi teknologi pertanian terus berinovasi dengan bantuan pemerintah. Mereka tidak memiliki tanah sesubur Indonesia, tapi mampu menghasilkan ragam buah berkualitas.Â