Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jembatan Maut

21 Juni 2024   12:26 Diperbarui: 21 Juni 2024   12:37 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di balik dinding tersimpan kisah. Darah segar mengalir di lantai, mengental hitam pekat. Nyawa-nyawa tidak berdosa diambil paksa, anak-anak menyimpan trauma. 

Kampung-kampung dengan ribuan kisah. Pepohonan sebagai saksi, jalan-jalan kecil menyisakan langkah anak laki-laki yang diambil paksa di malam hari.

Tubuh-tubuh yang tidak pernah kembali selain nama yang dikenang. Para suami yang dibunuh dengan dalih kekerasan. Bilik-bilik sunyi menyimpan peluru yang membabi buta.

Jembatan maut tempat darah-darah mengalir. Puluhan jasad hilang seketika, terbawa arus sungai yang deras. Di tengah malam, jeritan laki-laki tidak berdosa.

Kisah-kisah yang tidak pernah tertulis di buku. Namun, berbekas tajam dalam ingatan antar generasi. Darah telah hilang, jeritan lenyap, dinding kayu telah dimakan rayap. 

Pohon-pohon tetap berdiri, jembatan yang masih menyimpan bukti, dan jalan-jalan kecil yang terus dilalui. Semua sudah berlalu, tapi kisah pilu tidak pernah menjadi abu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun