Di balik dinding tersimpan kisah. Darah segar mengalir di lantai, mengental hitam pekat. Nyawa-nyawa tidak berdosa diambil paksa, anak-anak menyimpan trauma.Â
Kampung-kampung dengan ribuan kisah. Pepohonan sebagai saksi, jalan-jalan kecil menyisakan langkah anak laki-laki yang diambil paksa di malam hari.
Tubuh-tubuh yang tidak pernah kembali selain nama yang dikenang. Para suami yang dibunuh dengan dalih kekerasan. Bilik-bilik sunyi menyimpan peluru yang membabi buta.
Jembatan maut tempat darah-darah mengalir. Puluhan jasad hilang seketika, terbawa arus sungai yang deras. Di tengah malam, jeritan laki-laki tidak berdosa.
Kisah-kisah yang tidak pernah tertulis di buku. Namun, berbekas tajam dalam ingatan antar generasi. Darah telah hilang, jeritan lenyap, dinding kayu telah dimakan rayap.Â
Pohon-pohon tetap berdiri, jembatan yang masih menyimpan bukti, dan jalan-jalan kecil yang terus dilalui. Semua sudah berlalu, tapi kisah pilu tidak pernah menjadi abu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H