Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Strategi Belajar Bahasa Asing: Menyeimbangkan Input dan Output

15 Mei 2024   13:19 Diperbarui: 15 Mei 2024   13:52 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
belajar bahasa asing|freepik.com

Belajar bahasa asing membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Untuk menguasai satu bahasa, ada dua hal yang perlu diketahui, yaitu jenis input dan kadar output.

Mari coba kita bahas lebih spesifik di bawah ini:

Meaning Focus-Input

Input dalam konteks menguasai bahasa adalah sumber materi yang dipakai untuk belajar. Ketika katakanlah, anda memutuskan belajar satu bahasa asing, carilah sumber belajar yang fokusnya pada makna (meaning).

Tujuan menguasai bahasa asing yaitu untuk mampu berkomunikasi secara verbal dan tulisan. Perlu diingat, verbal fokus pada kemampuan berbicara dan tulisan mengarah pada kemampuan menulis.

Kesalahan mayoritas orang ketika belajar bahasa inggris umumnya mereka tidak memiliki tujuan jelas. Apakah sekedar ingin bisa berbahasa secara umum atau memang fokus pada satu skil.

Kita ambil contoh bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Siswa sekolah di jenjang SMP dan SMA tidak diarahkan untuk fokus pada skil berbicara, melainkan sekedar untuk bisa menjawab soal.

Tidak heran, belajar bahasa Inggris selama 6 tahun tidak menjamin siswa untuk mampu bercakap secara oral. Hal ini sangat dimaklumi karena input yang didapat 90% fokus pada tata bahasa (grammar).

Hanya beberapa sekolah yang memakai kurikulum bahasa Inggris internasional semisal Cambridge atau Oxford yang fokus pada skil mendengar (listening). 

Dari pengalaman mengajar bahasa Inggris lebih dari satu dekade, saya bisa menarik kesimpulan bahwa kurikulum bahasa Inggris di sekolah tidak menyiapkan siswa untuk membangun skil berkomunikasi.

Meaning focus-input diibaratkan kompas yang memberi navigasi tepat. Jadi, untuk menguasai skil berbicara dalam bahasa Inggris, idealnya seseorang harus fokus pada mendengar terlebih dahulu.

Sumber materi pun tidak boleh sembarangan. Materi berupa buku yang memang didesain oleh penutur asli (native speaker) sewajarnya menjadi rujukan prioritas.

Saat ini, ada ribuan sumber belajar bahasa Inggris dengan mengakses Youtube. Waktu belajar sebenarnya bisa dipangkas jika saja sumber yang dipakai akurat.

Akurat disini bermakna tepat sesuai level. Contohnya, seseorang yang baru belajar bahasa Inggris tidak dibolehkan memakai materi yang setingkat diatas kemampuannya. Kenapa? karena kemampuan otak mengaitkan input yang masuk belum terbentuk.

Oleh karenanya, belajar bahasa asing haruslah dengan mengevaluasi kemampuan diri lebih dulu untuk menentukan level yang tepat.

Nah, kurikulum di sekolah tidak menfasilitasi ini. Siswa dengan kemampuan berbeda berada di ruang yang sama dengan kurikulum yang sama pula.

Lantas, bagaimana bisa membangun skil berbicara jika skil yang diajarkan tidak tepat?

Input belajar bahasa inggris di sekolah selama ini boleh dikatakan jauh panggang dari api. Siswa 'dipaksa' belajar sesuatu yang boleh jadi keluar dari kapasitas otaknya. 

Bukankah itu konyol?

Belum lagi target belajar bahasa Inggris yang salah kaprah, yakni menguasai grammar dan tenses. Lucunya lagi, guru terkesan mengarahkan siswa untuk menghafal aturan atau pola tata bahasa Inggris yang tidak jelas kemana ujungnya.

Murid-murid pintar sekalipun hanya paham menjawab soal tapi tidak memahami konteks kalimat. Kenapa? karena mereka diarahkan dengan konteks kurikulum yang tidak tepat.

Mereka seringkali gagal memahami tujuan belajar bahasa asing, sehingga target akhir cuma untuk bisa menjawab soal-soal ujian di kertas. 

Lalu, apa manfaatnya untuk siswa?

Sudah skil berbicara tidak terlatih, input yang diperoleh juga salah sasaran. Belajar bahasa Inggris selama 6 tahun (SMP dan SMA) hanya untuk hafal aturan yang pada akhirnya tidak berfaedah untuk membangun kemampuan berbahasa. 

Padahal, belajar bahasa asing mesti diawali dengan tes penempatan (placement test). Untuk apa? agar siswa dengal level kemampuan yang sama berada di ruang yang sama dengan materi yang betul-betul dipersiapkan sesuai kemampuan mereka.

Sebagai contoh, ketika dulu saya ke Amerika untuk belajar bahasa Inggris, saya terlebih dahulu mengikuti placement test. Baru kemudian saya diarahkan untuk masuk ke kelas berbeda di setiap skil.

Jadi, apa yang diajarkan sama sekali tidak memberatkan otak dan target belajar jelas terukur. Ditambah dengan output belajar berorientasi pada dua skil: berbicara dan menulis. 

Dengan demikian, kita dapat belajar dengan materi yang sesuai dengan kemampuan dan tidak buang-buang waktu mempelajari hal yang tidak kita butuhkan.

Setiap bahasa memiliki kesulitas tersendiri yang tidak boleh dipukul rata. Bahasa Inggris kesulitannya ada pada pengucapan dan tata bahasa yang kompleks. 

Berbeda dengan bahasa mandarin yang tata bahasanya lebih simpel, namun pengucapan  setiap kata sangat sulit. Mandarin memakai sistem intonasi pada setiap kata. Ketika salah intonasi, maka maknanya salah.

Belum lagi sistem penulisan karakter yang membutuhkan waktu tersendiri untuk dipelajari. Membandingkan kesulitan bahasa Inggris dan bahasa mandarin tidaklah apple to apple.

Maknanya, setiap bahasa asing beda standar kesulitannya dan membutuhkan waktu berbeda ketika kita mempelajarinya. Simpelnya, belajar bahasa asing bukan perkara lama tidaknya waktu untuk menguasainya, tapi tepat atau tidakkah input yang kita peroleh.

Kalau tujuan belajar bahasa asing belum dipahami dengan baik, lebih baik jangan mempelajarinya. Karena belajar bahasa asing butuh waktu lama jika niat belajarnya salah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun