Barangkali, ini bisa menjadi gambaran bagaimana jalur sepeda dibangun dengan lanyak untuk dilintasi. Kalau pemerintah Indonesia serius, belajarlah ke Taiwan untuk melihat langsung bagaimana mereka membangun transportasi publik yang nyaman untuk warganya.
Intinya, membangun infrastruktur transportasi publik membutuhkan pemimpin yang visioner dengan pemahaman kebijakan umum yang baik pula.
Transportasi publik yang terintegrasi mempermudah mobilisasi penduduk di perkotaan. Sewajarnya, harus ada blueprint yang baik disertai konsep dari segi kenyamanan, harga, dan kemudahan.
Menyiapkan jalur sepeda sejatinya tidak mengabaikan faktor kemudahan dan keamanan pesepeda. Jika dua hal ini tidak terjamin, maka sulit untuk memotivasi orang menggunakan sepeda ketimbang sepeda motor.
Untuk itu, penting mengkaji pemilihan rute jalur yang hendak dibangun dengan mempertimbangkan keamanan. Misalnya, jarak jalur sepeda dan jalan mesti mengedepankan keselamatan kedua pihak pengguna jalan.
Pun demikian, karena musim panas yang dominan, menanam pohon disekeliling jalur sepeda adalah sebuah kewajiban. Dengan banyak pohon, sinar matahari tidak langsung mengenai pejalan kaki dan pesepeda.Â
Ditambah lagi pada musim hujan, selokan dan drainase harus berfungsi dengan baik agar air tidak tergenang pada jalur sepeda. Dengan begitu, selain nyaman untuk dilalui, kemungkinan terjatuh saat bersepeda bisa diantisipasi dari awal.
Dari pengalaman pribadi, saya melihat konsep jalur sepeda di kota Taipei begitu terukur dalam hal keamanan dan kenyamanan. Jalur pemberhentian sepeda dilengkapi fasilitas yang memadai. Ditambah lagi banyak jembatan-jembatan kecil yang dibangun khusus bagi pejalan kaki dan jalur sepeda.
Bersepeda di kawasan kota Taipei dan pinggiran kota bahkan lebih asik ketimbang naik mobil pribadi. Tidak mengherankan jika warga Taipei merasa nyaman dan aman berpergian kemana saja dengan sepeda.