Angka kepuasan pelanggan boleh jadi sangat rendah, sedangkan harga relatif bersahabat. Saya harus mencari alasan jelas jika kedepan harus kembali kesini.
Artinya, usaha fotokopi ini gagal berinovasi untuk membangun kepuasan pelanggan. Jika saya mereka jeli, seharusnya laptop diganti dengan yang lebih bagus, dan kipas angin diperbaiki.Â
Dua hal ini terlihat kecil bagi pelaku usaha. Mungkin mereka berpikir kalau laptop yang ada masih berfungsi, lalu buat apa buru-buru diganti.Â
Namun, yang tidak diantisipasi pelaku usaha adalah kepuasan pelanggan atas pelayanan yang ditawarkan. Investasi pada sebuah laptop kedepannya akan mempercepat kerja dan tentunya menambah kepuasan pelanggan.
Dengan begitu, semakin banyak yang datang berdampak pada meningkatnya profit. Apalagi didukung dengan harga yang relatif murah.Â
Berinovasi itu tidak harus dengan sesuatu yang besar. Cukup dengan mengobservasi kebutuhan pasar dan jeli menilai kepuasan pelanggan.Â
Pelanggan akan senang jika waktu mereka tidak terbuang sia-sia. Jadi, sistem pelayanan harus memiliki standar. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melayani satu pelanggan dan berapa lama waktu yang dihabiskan untuk jenis pelayanan lainnya.Â
Ketika pelanggan terlayani dengan waktu yang sama, mereka condong merasa puas. Dengan begitu, loyalitas pelanggan terjaga. Faktor pelayanan tidak boleh diabaikan begitu saja.
Pada usaha kuliner misalnya, standar siap saji dan rasa makanan mesti akurat. Tidak sedikit usaha kuliner yang harus mundur karena gagal membangun kepuasan pelanggan.
Kesalahan terbesar karena fokus pada profit. Akibatnya, mereka mengejar jumlah uang lebih besar, tapi mengenyampingkan pelayanan.Â
Pada akhirnya pelanggan lari ke tempat lain. Itu hal yang wajar! Pelayanan yang buruk akan menghancurkan bisnis perlahan. Kepuasan pelanggan bukanlah sesuatu yang hadir dengan sendirinya.