Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Lari Pagi di Bulan Puasa, Amankah?

21 Maret 2024   12:56 Diperbarui: 21 Maret 2024   13:23 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ritme lari|dokpri via Gerak

Setelah menyelesaikan shalat subuh, saya bergegas pulang ke rumah. Hari ini saya sudah rencanakan untuk lari pagi sebagaimana biasanya sebelum Ramadan.

Kalau lama berdiam di rumah setelah sahur, rasanya pingin tiduran saja. Ya, lebih baik saya segera melarikan diri dari rumah.

Apakah aman jika tetap melakukan aktivitas lari selama puasa?

Dari beberapa artikel yang sudah saya baca, katanya sih aman-aman saja selama larinya tidak kencang amat.

Kebanyakan menyarankan lari di waktu sore agar tubuh tidak terdehidrasi. Masuk akal juga sih, apalagi jika banyak keringat yang keluar dari tubuh.

Sisi positif lari di sore hari yaitu bisa langsung buka puasa beberapa menit setelah aktivitas lari selesai!

Nah, kebetulan saya sudah mencoba lari pagi di hari pertama puasa dengan kecepatan maksimal 9 menit/km. Kalau di hari normal, saya biasa lari dengan kecepatan 5.4 menit/km.

Setelah lama tidak lari pagi, saya memutuskan untuk mulai berlari kembali. Tubuh terasa tidak fresh akibat terlalu lama tidak bergerak selama bulan puasa.

Saya jadi teringat satu agenda yang sudah lama saya daftarkan, yaitu virtual run/walk. Aktivitas jalan yang sengaja dibuat secara virtual dengan menggunakan aplikasi lokal bernama Gerak.

Total jarak yang harus saya selesaikan adalah 14 km. Pagi ini saya mulai jam 6:20, suasana masih sedikit gelap.

Jadilah aktivitas lari saya awali dengan berjalan lima menit, lalu mulai berlari pelan. Saya fokus pada slow pace di angka 8-9 menit/km.

Setelah berlari dan berjalan selama 50 menit, saya berhasil mencapai jarak 7.4 km. Tubuh terasa segar serta bugar dan target sudah di angka 50%.

ritme lari|dokpri via Gerak
ritme lari|dokpri via Gerak

Sekilas, saya sama sekali tidak merasa lelah. Padahal, tadi pagi saya hanya sahur dengan kurma, pepaya dan segelas air saja. Malah kalau makan nasi tubuh terasa berat dan cepat ngantuk.

Entah mungkin tubuh saya sudah beradaptasi dengan ritme lari jarak 5-10 km yang sudah biasa saya lakukan 3-4 kali/minggu.

Bagi saya pribadi, lari pagi di angka 8-9 menit/km masih sangat mungkin dilakukan tanpa khawatir kehilangan banyak cairan tubuh.

Berbeda ketika lari di angka 5-7 menit/km, keringat yang keluar jauh lebih cepat. Selain itu detak jantung pun tidak terlalu diporsir.

Dari pantauan smartwatch, saya bisa melihat detak jantung di angka kisaran 90-130/menit. Artinya, dengan berlari 8-9 menit/km, jantung tidak terlalu terpacu kencang.

Saat saya coba melihat detak jantung ketika berlari di angka 5-6 menit/km, kisaran detak jantung berada di angka 130-170/menit.

Jadi, bisa saya simpulkan bahwa lari pagi di waktu puasa masih aman untuk dilakukan selama ritme lari tidak terlalu dipacu dan detak jantung masih berada di angka 90-140.

Tentu saja, pengalaman lari antar individu jelas berbeda. Oleh sebab itu, adaptasi tubuh juga berbeda pada kondisi sedang berpuasa.

Jika belum terbiasa lari, mungkin baiknya mencoba lari di sore hari agar jeda dengan waktu berbuka tidak begitu lama.

Salam sehat!

Masykur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun