Jika harus menunggu alat berat lain datang membantu, sisa oksigen tidak akan cukup. Memaksa untuk terus menggali bukan pilihan yang tepat.
Gempa susulan yang terus terjadi tidak mustahil memperburuk keadaan. Permukaan tanah mudah saja ambruk seketika.
Annisa masih berharap keajaiban. Walaupun terdengar mustahil, proses evakuasi ini menentukan nasib bayi yang sedang dikandungnya.
Heru, teman akrab Kardi, juga bergabung bersama tim evakuasi. Baginya, keselamatan Kardi sangat berarti. Sebenarnya, mereka berdua sudah berencana untuk pulang ke desa tiga hari lagi.
Nasib buruk menimpa Kardi, rencana pulang terkubur dalam tambang. Annisa tidak tahu jika suaminya sudah memesan tiket untuk pulang, Heru dan Kardi sengaja tidak mengabarkan istri mereka.
Tim evakuasi kini mulai pesimis. Hari mulai gelap, hujan lebat datang menyapa. Menggali di malam hari jauh lebih sulit, apalagi dalam keadaan basah.
"Bagaimana, pak?" anggota tim evakuasi menunggu instruksi Adam.
Walaupun sudah puluhan kali Adam dipercaya memimpin proses evakuasi, raut wajahnya tidak bisa menyembunyikan apa yang ia sedang pikirkan.
Tanpa pencahayaan yang cukup dan alat yang memadai, menemukan pekerja dalam keadaan bernafas dalam waktu lima jam lagi sungguh mustahil.
"Baik! waktu kita tidak banyak, hanya ada satu pilihan. Kita harus menggunakan ini, mengarahkan telunjuknya ke sebuah dinamit" lanjut Adam.
Resikonya besar, tapi waktu yang tersisa hanya sedikit. Memasang dinamit pada koordinat baru memungkinkan tim untuk lebih cepat menemukan jalur baru agar bisa menjangkau sumber sinyal.