"pak, jangan dihapus dulu, kami mau foto" ucap seorang murid sesaat setelah saya selesai menulis penjelasan di papan. Rata-rata siswa sudah tidak lagi mencatat di buku semenjak kehadiran smartphone.Â
Dari hasil pengamatan saya sendiri, pudarnya budaya menulis/mencatat di sekolah boleh jadi karena begitu melekatnya siswa pada smartphone.Â
Beberapa kalangan berpendapat jika saat ini jaman sudah berubah. Banyak hal yang bisa dipangkas, termasuk memangkas catatan. Namun, kebiasaan instan juga berdampak pada daya ingat siswa.Â
Ketika siswa bertumpu pada smartphone, maka daya ingat mereka melemah. Jika dicermati lebih mendalam, penggunaan smartphone pada ranah pendidikan memberi dampak negatif pada memori.Â
Otak menyimpan informasi melalui input. Uniknya, kemampuan otak menyimpan informasi yang masuk sangat ditentukan oleh cara informasi itu diperoleh.Â
Sebagai contoh sederhana, siswa yang mengadalkan smartphone untuk mengambil foto catatan memang lebih cepat dalam hal memangkas waktu. Itu yang jelas terlihat oleh mata kita.Â
Meskipun demikian, otak manusia tidak langsung menyimpan informasi dalam sekejap. Ada rangkaian proses sampai informasi tersebut tersimpan pada bagian otak yang disebut hippocampus.Â
Hippocampus diibaratkan hard drive yang dapat menyimpan informasi dalam jangka waktu lama.  Jalan pintas seperti menyimpan foto tidak memberi stimulasi yang cukup bagi otak untuk menyimpan informasi lebih lama.Â
Berbeda ketika siswa menulis langsung, saraf motorik mengirim sinyal ke otak dan mengubahnya menjadi informasi yang dapat disimpan lebih lama di hippocampus.
Proses transfer ilmu dengan menulis tidak bisa disandingkan dengan teknologi. Apalagi hanya dengan mengandalkan foto yang kemudian disimpan, proses belajar hanya sepersekian persen saja.Â