Kelestarian lingkungan hidup ditopang oleh kesadaran bersama. Usaha kolektif untuk membangun kesadaran pemanfaatan energi berkelanjutan sangat mungkin dilakukan dari dalam rumah, dimulai dari keluarga.
Limbah domestik keluarga mempengaruhi ekosistem air. Sungai-sungai di Indonesia banyak yang sudah tercemar akibat limbah domestik. Akibatnya, komponen biotik termasuk ikan, zooplankton dan hewan air lain semakin berkurang.
Jika ini terus terjadi, maka ekosistem air bisa rusak dan dampak pada lingkungan sulit dibendung. Menjaga lingkungan dari limbah domestik adalah keniscayaan yang tidak boleh ditunda.
Keluarga adalah unit terkecil dari sebuah komunitas sosial. Membangun kesadaran keluarga akan limbah domestik sama halnya dengan berinvestasi jangka panjang.
Limbah domestik rumah menjadi indikator akurat akan sehatnya sebuah lingkungan. Dalam hal ini, kebiasaan belanja keluarga secara tidak langsung berdampak pada ekosistem air dan tanah.Â
Contoh paling sederhana, jenis deterjen yang rutin digunakan, penggunaan plastik untuk membungkus belanjaan, dan sisa limbah organik di dapur memberi gambaran akan lingkungan setempat.
Bagaimana Keluarga Membangun Kesadaran
Kesadaran akan pemanfaatan energi berkelanjutan didorong oleh sebuah kebiasaan positif. Oleh karenanya, menjaga lingkungan dari limbah domestik harus dimulai dengan sebuah kesadaran bersama dalam keluarga.Â
Sederhananya, aktivitas belanja mesti direncanakan dengan baik. Misalnya, mulailah dengan memilah dan memilih produk yang tidak membahayakan lingkungan.
Produk deterjen, sabun mandi dan sabun cuci piring masuk dalam daftar belanjaan rutin keluarga. Dengan kata lain, pelajari produk ramah lingkungan dengan kadar zat kimia paling rendah.Â
Tentu saja ini tidak mudah dilakukan, namun bukan berarti mustahil dijalankan. Merencanakan daftar belanjaan dengan mengeliminasi produk yang membahayakan lingkungan adalah kunci utama untuk menjaga lingkungan dari limbah domestik.Â