Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Membangun Kesadaran Keluarga untuk Mengurangi Limbah Domestik

6 Februari 2024   17:58 Diperbarui: 6 Februari 2024   17:59 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mengurangi limbah domestik|freepik.com

Kelestarian lingkungan hidup ditopang oleh kesadaran bersama. Usaha kolektif untuk membangun kesadaran pemanfaatan energi berkelanjutan sangat mungkin dilakukan dari dalam rumah, dimulai dari keluarga.

Limbah domestik keluarga mempengaruhi ekosistem air. Sungai-sungai di Indonesia banyak yang sudah tercemar akibat limbah domestik. Akibatnya, komponen biotik termasuk ikan, zooplankton dan hewan air lain semakin berkurang.

Jika ini terus terjadi, maka ekosistem air bisa rusak dan dampak pada lingkungan sulit dibendung. Menjaga lingkungan dari limbah domestik adalah keniscayaan yang tidak boleh ditunda.

Keluarga adalah unit terkecil dari sebuah komunitas sosial. Membangun kesadaran keluarga akan limbah domestik sama halnya dengan berinvestasi jangka panjang.

Limbah domestik rumah menjadi indikator akurat akan sehatnya sebuah lingkungan. Dalam hal ini, kebiasaan belanja keluarga secara tidak langsung berdampak pada ekosistem air dan tanah. 

Contoh paling sederhana, jenis deterjen yang rutin digunakan, penggunaan plastik untuk membungkus belanjaan, dan sisa limbah organik di dapur memberi gambaran akan lingkungan setempat.

Bagaimana Keluarga Membangun Kesadaran

Kesadaran akan pemanfaatan energi berkelanjutan didorong oleh sebuah kebiasaan positif. Oleh karenanya, menjaga lingkungan dari limbah domestik harus dimulai dengan sebuah kesadaran bersama dalam keluarga. 

Sederhananya, aktivitas belanja mesti direncanakan dengan baik. Misalnya, mulailah dengan memilah dan memilih produk yang tidak membahayakan lingkungan.

Produk deterjen, sabun mandi dan sabun cuci piring masuk dalam daftar belanjaan rutin keluarga. Dengan kata lain, pelajari produk ramah lingkungan dengan kadar zat kimia paling rendah. 

Tentu saja ini tidak mudah dilakukan, namun bukan berarti mustahil dijalankan. Merencanakan daftar belanjaan dengan mengeliminasi produk yang membahayakan lingkungan adalah kunci utama untuk menjaga lingkungan dari limbah domestik. 

Bayangkan berapa banyak sisa cairan deterjen dan sabun yang terbuang mengalir ke drainase, kemudian berakhir di sungai. Organisme air terdampak dan ekosistem terganggu.

Kita mungkin tidak sepenuhnya menyadari betapa kebiasaan harian berdampak buruk bagi lingkungan sekitar. Jika ada 10 keluarga yang abai, maka persentasi kerusakan ekosistem air meningkat. 

Sebaliknya, ketika keluarga mampu membangun kesadaran dalam rumah, dengan sendirinya dampak negatif semakin berkurang. Limbah domestik semisal deterjen juga merusak kualitas air dalam tanah. 

Mampukah kita merubah kebiasaan belanja dan beralih pada produk yang ramah lingkungan?

Sangat mungkin! Diawali dengan membangun kesadaran akan lingkungan dan menghindari membeli produk yang berbahaya bagi alam dan lingkungan. 

Bakteri sejenis E Coli berlimpah diluar ambang batas juga berdampak pada kualitas air tanah. Hal ini disebabkan oleh pembuangan limbah tinja yang tidak sesuai prosedur. 

Oleh karenanya, desain septic tank untuk penampung limbah tinja keluarga perlu direncanakan dengan baik. Bukan sekedar asal bangun untuk menampung feses, tapi juga prioritaskan saringan terstruktur agar tidak langsung berdampak buruk bagi air dalam tanah.

Kesadaran bersama dari dalam keluarga sejatinya menjadi penyelamat bumi. Secara kolektif, keluarga bisa membangun kesadaran belanja produk sehat, penanganan limbah dan filter sampah.

Contoh sederhana lainnya, penanganan sampah domestik dapur. Betapa banyak keluarga yang abai akan sampah organik. Sisa sayur dan kulit buah terbuang percuma dan mengeluarkan bau busuk. 

Padahal, dengan perencanaan yang baik, sampah dapur malah bisa diolah untuk kebaikan tanah. Mengolah sampah menjadi pupuk organik tentu saja menawarkan banyak manfaat.

Lagi-lagi, keluarga harus memulai dengan membangun kesadaran bersama. Limbah sayuran dan buah-buahan sebaiknya tidak dicampur dengan sampah anorganik. 

Dengan demikian, pembusukan alami berjalan normal dengan bantuan tanah. Artinya, sampah domestik dapur bisa ditempatkan dalam wadah dengan campuran tanah secukupnya, lalu didiamkan dalam waktu tertentu untuk selanjutnya digunakan sebagai pupuk alami.

Bukankah cara ini juga dapat menekan penggunaan pupuk kimia yang merusak tanah? 

Menjaga lingkungan dari limbah domestik tidak mungkin dilakukan sendiri. Keluarga harus menjadi benteng terdepan untuk menciptakan kebiasaan baik dengan membangun kesadaran bersama.

Jika itu mampu dilakukan, pemanfaatan energi berkelanjutan untuk masa depan lebih mudah diwujudkan. Energi perlu dijaga agar terus tersedia untuk dipakai dalam jangka panjang. 

Transisi energi ke jenis yang lebih ramah lingkungan tentu saja ide bagus. Namun demikian, beralih pada alternatif energi baru sulit diraih tanpa merubah kebiasaan buruk dalam keluarga.

Simpelnya, manusia boleh saja berpikir maju ke depan untuk memperbaiki lingkungan asalkan kesadaran bersama untuk hidup lebih baik juga diprioritaskan.

Membangun lingkungan sehat datang dari sebuah kesadaran. Nah, kesadaran tidak datang jika tidak diusahakan dan diajarkan. Keluarga harus dipandang penting untuk pemanfaatan energi berkelanjutan. 

Indonesia merupakan negara dengan area perairan yang sangat luas dan daratan yang subur. Menjaga ekosistem dan lingkungan bisa dimulai dengan langkah kecil dari dalam rumah, yakni keluarga. 

Bangunlah kesadaran akan produk ramah lingkungan untuk sebuah kontribusi besar bagi lingkungan. Hidup sehat dengan perencanaan dan pembiasaan yang baik.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun