Pernahkah kita merasa waktu begitu cepat berlalu? baru bangun tidur, eh sudah malam lagi. Setiap hari seakan waktu berjalan cepat, sementara kita berada pada kondisi yang sama.
Kita semua ditakdirkan untuk memiliki jumlah waktu yang sama, yaitu 24 jam sehari semalam. Walaupun pada kenyataannya, ada saja orang yang beranggapan waktunya tidak cukup.
Hidup tanpa Rencana
Apa yang membuat orang tidak mampu atau condong terlelap dalam aktivitas yang tidak bermanfaat? sehingga, waktu 24 jam terbuang percuma tanpa mendatangkan manfaat berarti.
Jawaban paling utama adalah tidak adanya perencanaan dalam hidup. Coba sesekali perhatikan apa saja yang kita lakukan setiap hari, lalu analisa kemana waktu kita terbuang.Â
Anda mungkin akan terkejut betapa setiap harinya kita hidup tanpa perencanaan. Mulai dari tidur, bangun, dan terjebak dalam rutinitas seadanya.
Akhirnya, setiap menit yang kita lalui tidak memberi dampak positif pada hidup kita. Makanya, mudah saja kita berkata "waktu begitu cepat berlalu". Pada kenyataannya, kitalah yang tidak mampu memanfaatkan waktu.
Hidup tanpa rencana ibarat pergi tanpa tujuan. Hari-hari yang kita lalui hanya mengikuti ritme hidup yang membosankan. Makan tidak teratur, tidur tidak tertata, dan sisanya mengikuti arus.
Kebiasaan hidup seperti ini menjadikan seseorang menjalani hidup tanpa visi. Oleh sebabnya, jika ditelusuri kemana waktu terbuang, boleh jadi 80% waktu dihabiskan untul hal-hal yang melalaikan.
Sementara, dalam dunia produktivitas ada istilah 80-20. Dimana 20% waktu yang kita habiskan pada hal-hal penting berdampak pada 80% produktivitas.Â
Merencanakan apa yang hendak kita lakukan sejatinya melatih kedisiplinan. Dalam konteks keluarga misalnya, orang tua yang tidak membiasakan anak tidur dan bangun pada jam tertentu, menyebabkan terbuangnya waktu berharga pada anak.Â
Sebagai contoh, seberapa banyak keluarga yang menjadwalkan aktivitas untuk anak, sehingga anak terlatih untuk mengetahui dan menyadari kemana waktunya terpakai.Â
Hal yang sama berlaku pada orang dewasa. Seberapa sering kita menjadwalkan aktivitas sehari-hari, atau kita hanya mengikuti arus hidup orang lain?
SAY NO
Napoleon Hill dalam bukunya berjudul Success Habits menulis satu frasa penting "belajar untuk berkata tidak".Â
Apa maknanya?
Dalam keseharian, hidup kita adalah rutinitas orang lain. Betapa mudahnya orang lain menghabiskan waktu kita setiap hari tanpa kita menyadarinya.Â
Ketika diajak untuk berkumpul, kita mudah berkata iya dan sulit menolak. Alhasil, 1-2 jam waktu habis untuk sesuatu yang tidak jelas manfaatnya.Â
Padahal, jika hidup kita diawali dengan sebuah rencana, maka kita tahu kemana arah hidup kita dan tidak mudah untuk 'setuju' ketika orang lain menyetir waktu yang kita miliki.
Kalau orang barat berkata "time is money", maka pepatah arab berbunyi "waktu adalah pedang". Jika mereka di barat mengaitkan waktu dengan uang, orang-orang arab lebih fokus pada bagaimana waktu tidak terbuang.
Kegagalan memanfaatkan waktu bukan semata-mata berakhir pada hilangnya uang, namun juga kesempatan, kebahagiaan, dan menyebabkan penyesalan.
Jika demikian, kenapa kita tidak memilah dan memilih kapan waktunya berkata 'iya' dan kapan tepatnya berkata 'tidak'. Sehingga, hidup kita tidak untuk memuaskan kemauan orang lain, tapi fokus pada memanfaatkan waktu.
Seringkali, waktu kita terbuang untuk mengikuti arus hidup orang lain. Semua ini berawal dari tidak adanya planning atau rencana. Dengan begitu, mudah saja orang lain menyetir arah hidup kita.
Mulailah dengan merencanakan hari dan menghargai waktu. Dengan perencanaan yang baik, waktu kita jauh lebih bermanfaat dan memberi dampak positif dalam hidup.
Sekian!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H