Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hakikat Ilmu yang Jarang Dipahami Siswa Sekolah

9 Januari 2024   13:49 Diperbarui: 9 Januari 2024   13:52 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kran menampung ilmu|www.freepik.com

Pagi ini saya dijadwal untuk mengajar persiapan kelas bahasa Inggris. Semua murid saya masih muda, usia remaja. Sayangnya, motivasi belajar mereka tidak semuda umur.

Saya selalu tiba 30 menit lebih awal, menunggu kedatangan murid dan mempersiapkan kebutuhan dalam kelas. 10 menit menunggu, tak satupun murid datang.

Mereka sepertinya enggan belajar. 2-3 orang datang setelah 15 menit waktu berlalu. Saya menuju ke ruang kelas dan segera memulai. Lembaran soal saya bagikan. Beberapa lainnya datang silih berganti.

Saya berikan waktu 20 menit untuk menjawab soal terlebih dahulu. Jumlah soal hanya 20, jadi 1 soal/menit. Waktu habis, masih ada siswa yang belum selesai menjawab. Umumnya siswa yang datang telat dan kurang minat belajar.

Sebelum membahas soal, saya menuliskan satu kata di papan tulis " TARGET".

Mulailah saya berceramah untuk kebaikan. Saya katakan, "jika kalian kesini tanpa target, maka pulanglah" waktu kalian terbuang percuma, dan uang kalian habis percuma.

Mereka terdiam sejenak. Saya menatap wajah mereka satu persatu. Saya kembali menulis satu kalimat "WASTE OF MONEY". Lalu, saya tanyakan artinya. Siswa menjawab cepat "buang-buang uang".

"Benar, kalian hanya buang uang kesini", kata saya serius. Jika hanya datang untuk duduk mendengar, jelas mereka tidak mendapat apa-apa, sedangkan saya dibayar untuk membuat mereka pintar. 

Saya katakan bahwa syarat untuk mendapatkan ilmu adalah membawa wadah. Namun, wadah harus dibuka terlebih dahulu dan jangan dibiarkan tertutup. Saya ibaratkan guru sebagai sebuah kran air, murid datang ke kelas membawa wadah, yaitu kepala yang siap diisi. 

Meskipun wadahnya besar, tanpa membukanya, ilmu sulit masuk. "Bukalah wadah kalian agar air yang saya tumpahkan bisa kalian tampung" saya berkata lembut.

"Apakah kalian tahu maksud saya?" saya bertanya lebih lanjut.

Siswa terdiam dan menunjukkan kebingungan. Saya mulai menjelaskan bahwa motivasi belajar harus datang dari diri sendiri dan kemauan untuk bisa harus lebih besar. Itulah kunci membuka wadah untuk menampung ilmu.

Seringkali, murid-murid tiba ke sekolah tanpa target. Mereka hanya membawa raga yang kosong tanpa tujuan. Guru juga terkadang lupa untuk mengingatkan bahwa tujuan ke sekolah bukan hanya menghadirkan tubuh.

Wadah setiap siswa pada hakikatnya sama, tujuan bisa berbeda. Saat siswa datang dengan tujuan belajar, mereka siap untuk menampung ilmu. Sebaliknya, ketika tujuan ke sekolah hanya untuk sekedar hadir, siswa sejatinya sedang menutup rapat wadah mereka. 

Begitulah konsekuensi yang harus diterima. Pendidikan bukan semata-mata untuk mengalirkan uang dari satu institusi ke institusi lain, atau membuat lebel "sekolah unggul" untuk menampung banyak siswa berprestasi.

Siswa punya hak untuk menampung ilmu dari semua guru. Namun dari itu, guru pun harus siap untuk membuka kran ilmu. Bukan mustahil, ada guru yang datang ke sekolah bukan untuk mengajar, tapi sebatas mengejar absen.

Jika begitu, mereka sedang menutup kran ilmu. Walaupun siswa datang membawa wadah, tidak ada isi yang bisa ditampung. Guru mesti membuka kran mereka agar siswa siap menampung ilmu.

Masalah pendidikan hari ini boleh jadi disebakan oleh rusaknya kran ilmu atau tertutupnya wadah untuk menampung ilmu. Jika demikian, solusinya adalah membuka atau memperbaiki kembali kran dan membuka wadah tampungan yang sudah lama tertutup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun