Jadi, 11.9 trilyun itu cukup untuk menyekolahkan 11 orang selama dua tahun di Amerika. Selain kuliah, mereka bisa menguasai banyak hal lain dalam dunia aerospace.Â
Ketika kembali ke Indonesia, ilmu mereka langsung diaplikasikan untuk membangun pesawat tempur sendiri. Jelas ini butuh investasi besar, tapi dampaknya juga besar. 10-20 tahun kedepan, Indonesia tidak lagi bergantung ke negara lain.Â
Ambil contoh seperti Turki yang kini bangkit memproduksi drone buatan dalam negeri, mobil tank, dan beberapa senjata yang diakui asing.Â
"With its success in producing high-quality weapons systems for its own military, Turkey has advanced to exporting weapons systems to other countries." [cited]
Turki berhasil mengangkat derajat negaranya ke level tertinggi. Senjata berkualitas buatan mereka sudah diekspor ke negara lain. Mereka sadar akan kebutuhan masa depan dan belajar dari masa lalu.
Indonesia belum terlambat untuk menuju kesana. Anak bangsa ini cerdas dan diakui dunia. Banyak expert Indonesia yang menetap di luar negeri, posisinya bukan kaleng-kaleng. Mereka jauh dihargai disana karena kecerdasan.
11.9 trilyun untuk investasi memperdalam dunia pesawat tempur jelas lebih bermakna. Visi kedepan jangan lagi sebagai negara konsumer, tapi rubah menjadi produsen.Â
Turki saja mampu melakukannya, kenapa Indonesia tidak. Pertanyaannya, mau selalu diatur asing atau memilih untuk mengatur asing?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H