Debat capres ketiga terlihat lebih baik. Saya menikmati argumen yang diberikan oleh setiap capres. Satu hal yang paling menonjol adalah penggunaan kata dan pengulangan frasa yang sama oleh ketiga capres.Â
Oleh karenanya, saya ingin mencoba menganalisa debat capres ketiga dari sudut pandang bahasa. Dalam ilmu bahasa, kata-kata yang sering diulang memberi makna mendalam.Â
Seseorang bisa dianalisa kepribadiannya dari kata-kata yang keluar dari mulutnya. Pada hakikatnya, bahasa yang telah kita kuasai dengan baik bukan hanya sekedar alat komunikasi, namun juga akurat untuk  menginterpretasi kepribadian.
Prabowo dan Anies terlihat saling menyerang. Argumen yang keluar dari keduanya terkesan menyudutkan satu sama lain. Posisi ganjar di tengah cukup memberi jarak sebagai penengah.Â
Topik hutang dan pertahanan dalam negeri membuat debat capres ketiga memanas. Anies dan Prabowo punya standar angka tersendiri akan rasio hutang. Prabowo memberikan angka 40%, sedangkan Anies 30%.
Anies tidak menyetujui jika hutang digunakan untuk membeli Alat utama sistem  senjata (Alutsista) bekas. Alasannya, ada nyawa prajurit yang dipertaruhkan. Kenapa tidak dipakai untuk kesejahteraan prajurit, seperti membangun rumah dinas dan menaikkan gaji setiap tahun.
Bagi Anies, hutang sebaiknya digunakan untuk hal produktif. Intinya, berhutang boleh, namun jangan dialokasikan untuk sesuatu yang tidak produktif. Apalagi alustsista bekas membutuhkan biaya operasional yang tidak sedikit dan resiko lebih besar.
Prabowo tetap bersikukuh jika pengadaan alutsista sudah sesuai prosedur. Semua sesuai standar usia pakai dan masih layak. Itu pendapat prabowo. Anies dianggap tidak paham masalah pertahanan dan tidak layak memberi pendapat.
Bagaimana dengan Ganjar?
Pada dasarnya, Ganjar setuju akan hutang untuk memperkuat sisi pertahanan dalam negeri. Akan tetapi, ia juga sependapat jika membeli alutsista bekas bukan pilahan yang baik. "Pertahanan Sakral", begitu ujar Ganjar.
Kata dan Makna
Prabowo condong mengedepankan frasa "dihormati dunia", "kekuatan", "hilirisasi", "menyesatkan", dan "rencana".
Anies sering menggunakan kata "menata", "memimpin", "melibatkan", membangun", "memperbesar", dan 'menaikkan".
Ganjar identik dengan kata "menghindari", "meredam", "mendorong", "menciptakan", dan "menfasilitasi".