Hari ini saya sudah berhasil menaklukkan rasa penasaran yang pernah hinggap di pikiran. Berlari 10 kilometer ternyata tidak seseram yang dibayangkan.
Setelah berlatih selama setahun, lebih tepatnya sih beberapa bulan, saya sudah mampu berlari dengan jarak 10k. Badan terasa plong dan sangat segar. Sulit dideskripsikan!
Total jarak berlari yang saya tempuh dalam bulan Desember adalah 40 kilometer dari target paling sedikit 100 km. Tidak pernah terbayangkan kalau jarak tempuh yang sudah saya lampui ternyata lumayan jauh.Â
Saya akui berlari 4-5 kali/minggu sangat membutuhkan usaha ekstra. Selain harus cepat bangun, terkadang cuaca tidak bersahabat. Rasa malas bisa muncul kapan saja untuk mengacaukan rencana awal.Â
Untungnya, saya sudah bertekad bulat untuk terus berlari paling sedikit tiga kali per minggu. Jika sudah menjadi kebiasaan, maka tidak membutuhkan motivasi layaknya di awal.
Lari pagi memiliki banyak manfaat yang sering diabaikan banyak orang. Olah raga rutin sangat membantu tubuh untuk proses detoksifikasi, yaitu membuang racun berlebih akibat konsumsi makanan atau minuman tidak sehat.Â
Pada waktu awal mencoba lari pagi, saya sangat terasa kewalahan untuk menjaga kebiasaan positif ini. Rasa malas dan tidak konsisten menjaga ritme berlari hampir saja mengagalkan target yang sudah ditetapkan.
Ditambah cidera lutut karena terlalu memporsir jarak lari, saya hampir saja menyerah di tengah jalan. Lagi-lagi, keinginan hidup sehat dengan banyak bergerak membuat saya berpikir tiga kali untuk berhenti berlari.
Banyak pelajaran yang saya dapat saat berlari. Diantaranya adalah melatih konsistensi dan menjaga konsentrasi ketika sedang dalam aktivitas penting.
Khususnya pagi ini, saya berhasil mencapai target yang sudah saya tancapkan dalam pikiran. Pada awalnya saya hanya menargetkan lari 5k saja, eh terbesit dipikiran untuk mencoba 10k.Â
Akhirnya, ya saya teruskan walau di selah-selah berlari saya berjalan beberapa kali. Tercatat 11 ribu langkah pada aplikasi G-Step, dengan total waktu 1 jam 15 menit. Rata-rata kecepatan 7.5 menit/kilometer.Â
Saya menarget 6.000 langkah per hari yang saya pantau melalui G-Step. Baru hari ini saya berhasil mencapai angka 11.000 setelah berlari sejauh 10 kilometer.Â
Apakah berlari 10k itu sulit? benar! sangat sulit tanpa latihan terlebih dahulu.Â
Saya pribadi membutuhkan waktu setidaknya dua bulan baru sanggup  berlari 1-3 kilometer tanpa jeda. Sesi latihan awal adalah membiasakan tubuh untuk mampu beradaptasi dengan kecepatan langkah.
Setelah terus melatih di pagi hari, saya sudah mulai terbiasa dengan jarak 3-5 kilometer. Tubuh tidak lagi kewalahan dan rasa lelah tidak mudah hinggap ketika berlari.Â
Saya rasa kunci terpentingnya adalah konsisten berlari dengan ritme yang sama beberapa kali. Contohnya, saya dalam dua minggu ini rutin berlari 5 kilometer.Â
Oleh karenanya, saya sudah mulai masuk ke fase selanjutnya, yaitu 5-10 kilometer. Mungkin kedepannya saya membutuhkan waktu paling sedikit 1-2 bulan untuk mempersiapkan tubuh membangun kemampuan berlari 10k.
Tidak mudah memang!Â
Seorang teman yang sudah pernah berlari maraton (40 kilometer) membutuhkan waktu dua tahun untuk benar-benar siap berlari dengan waktu tempuh 4 jam.
Bayangkan, bagaimana rasanya berlari selama 4 jam?Â
Tentu tidak mudah dibayangkan jika kita belum pernah berlari. Intinya, semua butuh proses, tidak ada yang namanya instan. Pelari dunia bahkan harus berlatih dengan cara ekstrim untuk menjaga konsistensi dan kecepatan.
Asupan makanan sangat mempengaruhi kemampuan tubuh berlari. Saya sudah membuktikannya dengan menghentikan asupan gula dan segala jenis minuman berpemanis. Bahkan, saya menghentikan kebiasaan minum kopi.
Efeknya sangat terasa di badan. Tubuh terasa ringan saat berlari dan tidak gampang lelah. Konsumsi makanan berlemak, terlebih junk food memberi dampak buruk bagi tubuh dalam jangka panjang.
Khususnya bagi mereka yang malas bergerak dampaknya menjadi lebih buruk lagi. Sebenarnya, kita dianjurkan untuk bergerak paling sedikit tiga ribu (3.000) langkah perhari agar tubuh maksimal melakukan proses detoksifikasi (pembuangan racun).
Bayangkan saja bagaimana jika kita sama sekali tidak bergerak? Berjalan sejauh 3 kilometer saja sudah menghantarkan kita pada angka 3.000 langkah. Alangkah baiknya lagi untuk berjalan lebih jauh.
Kesehatan sejatinya harus diusahakan. Makanan dan minuman yang masuk ke tubuh menambah beban kerja organ tubuh kita setiap hari. Lantas, kenapa kita malas bergerak? padahal efeknya sangat positif bagi tubuh.
Kembali pada kepercayaan masing-masing. Jangan terlena dengan makanan lezat, karena di belakangnya ada begitu banyak racun yang tak terlihat. Hari ini boleh saja kita terasa sehat, namun siapa yang bisa menjamin kedepannya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H