Jika anak terbiasa menghabiskan waktu berselancar di media sosial, hormon endorphine tidak lagi diproduksi secara alami. Hal ini membuat anak tidak mudah merasa senang ketika melakukan aktivitas lain.
Tidak heran, anak-anak saat ini lebih sulit untuk diajak beraktivitas di luar. Rasa nyaman yang sudah terlanjur muncul di otak memberi rasa puas ketika berinteraksi dengan smartphone.Â
Perasaan nyaman yang diterima anak saat memegang smartphone sejatinya seperti fatamorgana. Terlihat meyakinkan, tapi nyatanya ilusi semata.  Semakin dikejar, semakin tidak jelas kemana akhirnya.Â
Penggunaan smartphone pada anak juga berdampak pada regulasi emosi dalam jangka panjang. Anak lebih sulit mengontrol diri saat tidak diberi akses smartphone.Â
Kondisi seperti ini bukan hanya memberi efek buruk pada tumbuh kembang anak, tapi juga berpengaruh pada kepribadian dan rasa percaya diri anak.
Terlebih anak yang berada pada fase 1-5 tahun, peran aktif orang tua berkomunikasi dan berinteraksi langsung jauh lebih dibutuhkan anak agar otak mereka berkembang dengan baik.Â
Tumbuh kembang anak dalam lingkungan smartphone memberi dampak negatif pada otak. Selain kemampuan memori yang buruk, anak dengan paparan smartphone berlebih memiliki masalah belajar di kemudian hari.Â
Untuk melatih fokus dan konsentrasi secara alami, otak perlu merekam pengalaman yang terjadi dengan dua proses, yaitu interaksi dan komunikasi. Dua proses ini tentu saja membutuhkan andil orang tua.
Keberadaan orang tua di samping anak, khususnya pada umur 1-3 tahun, menciptakan koneksi terbaik di dalam otak. Peran orang tua mengajak anak berbicara dari sejak anak lahir dan membersamai mereka adalah kunci menciptakan memori terbaik pada otak anak.Â
Berbeda ketika anak dibiarkan memegang smartphone sejak umur satu tahun, kemampuan fokus anak tidak terbentuk dengan baik. Apalagi saat anak bebas membuka video-video dari Youtube, maka konsekuensinya adalah buruknya kosentrasi anak ketika mulai beranjak dewasa.Â
Hormon endorphine sangat baik untuk tubuh. Rasa bahagia dan senang adalah obat untuk segala penyakit. Meskipun demikian, rasa senang yang muncul karena pemicu dari smartphone memberi dampak berbeda pada otak.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!