Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kebiasaan Kecil dalam Rumah untuk Menghemat Energi

6 November 2023   13:20 Diperbarui: 6 November 2023   13:28 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebutuhan akan energi akan terus meningkat seiring bergesernya pola hidup. Krisis energi tidak selamanya karena penggunaan energi yang memuncak, melainkan banyaknya energi yang terbuang karena kebiasaan yang buruk yang terus berulang. 

Adakala kebiasaan menggunakan lampu tidak pada waktunya membuat beban arus naik perlahan. Padahal, ada alternatif yang lebih simpel seperti membuka jendela rumah saat cahaya matahari berlimpah jauh lebih menghemat energi.

Contoh sederhana lain, yaitu menggunakan AC pada momen yang sebenarnya tidak sepenuhnya diperlukan. Saat hari masih pagi atau atau malah membiarkan AC terus menerus hidup dalam keadaan tidak digunakan hanya karena sudah bayar listrik.

Adakah contoh lainnya? tentu saja! menggunakan air secara berlebihan. Kita meyakini sumber air dalam tanah berlimpah ruah, namun pada kenyataannya jumlah debit air mengalami penurunan setiap tahun.

Sungai mulai mengering, lahan pertanian terancam kekurangan air. Sumur-sumur yang dulunya tidak pernah berkurang airnya, kini tidak lagi sama. Bahkan, di beberapa tempat sumber air dalam tanah seakan menghilang.

Apakah penyebabnya? 

Kebiasaan-kebiasaan kecil yang terus berulang berdampak pada pemborosan energi. Air yang dipakai secara berlebihan dan tidak dialirkan kembali ke dalam tanah membuat sumber air tidak terjaga. 

Akuifer adalah lapisan tanah yang menympan sumber air dalam tanah. Air hujan atau sumber air yang jatuh ke tanah kembali pada lapisan akuifer, sehingga ketersediaan air dalam tanah berada pada titik yang sama bergantung pada letak geografis tempat.

Ada area yang lebih mudah menemukan sumber air di beberapa meter saja, dan ada juga kawasan yang sulit menemukan mata air karena faktor lapisan tanah yang berbeda antar tempat.

Akuifer | wikipedia.org
Akuifer | wikipedia.org

Pada gambar di atas, terlihat jelas pada lapisan mana sumber air bisa ditemukan. Sementara pada lapisan unconfined aquifer, air yang berasal dari atas tanah diserap ulang ke dalam tanah guna disimpan untuk menjaga keseimbangan sumber air dalam tanah untuk kemudian digunakan kembali.

Nah, permasalahan hari ini adalah semakin kecilnya ruang terserapnya air ke dalam tanah. Hal ini bisa dilihat dari desain rumah dan bangunan yang tidak menyediakan ruang untuk kembalinya air ke dalam tanah.

Rumah-rumah yang halamannya disemen menghambat aliran air ke dalam tanh, sehingga kestabilan air dalam tanah menurun setiap waktunya. Sementara setiap harinya air terus diserap untuk dipakai.

Saya teringat suatu ketika mengunjungi komplek perumahan yang baru dibangun di kota Columbia, Amerika Serikat. Disana ijin membangun rumah tidak bisa diperoleh kecuali drainase dibangun lebih dulu untuk memastikan kemana air mengalir.

Komplek perumahan kota Columbia, AS. Dokpri
Komplek perumahan kota Columbia, AS. Dokpri

Tentu saja ini cukup beralasan karena jalur air harus terlebih dahulu dipetakan sebelum berdirinya perumahan. Bagaimana dengan standar pembangunan rumah di Indonesia? mana yang lebih dulu dipikirkan, jalur air atau jalur masuk rumah?

Ini terdengar spele dan seakan tidak dianggap penting. Pada kenyataannya, keberadaan sumber air sangat menentukan kualitas hidup masyarakat di tempat. Jadi, desain rumah hendaknya disesuaikan mengikuti hukum alam untuk menjaga keseimbangan sumber air dalam tanah.

Sistem drainase bawah tanah berfungsi untuk mengalirkan air kembali ke tanah, istilah dalam bahasa Inggris adalah Underground drainase system, sebagaimana terlihat di gambar berikut. 

Underground drainage system. | engineeringdiscoveries.com
Underground drainage system. | engineeringdiscoveries.com

Di Jakarta misalnya, terkenal sumur resapan yang dibuat di beberapa tempat. Tujuannya untuk mengalirkan kembali air ke dalam tanah. Selain berguna untuk menyerap air saat hujan, sumur resapan dalam jangka panjang membantu terjaganya sumber air di area setempat.

Di kota-kota besar yang umumnya dibangun gedung-gedung bertingkat, sumber air dalam tanah digunakan dalam skala berlebih. Akhirnya, jumlah air yang tersedot jauh lebih besar dari jumlah air yang masuk kembali ke dalam tanah.

Pola pemakaian air dengan kebiasaan buruk ditambah desain drainase yang tidak layak secara tidak langsung membuat kestabilan air dalam tanah tidak terjaga dengan baik. 

Bukan hanya itu saja. Pemakaian sabun, deterjen dan bahan kimia lainnya sehari-hari juga berdampak pada kualitas air dalam tanah. Tanah mengandung mikroorganisme baik yang menjaga kualitas kesuburan tanah. Ketika air limbah yang mengandung zat kimir mengalir ke dalam tanah, maka mikroorganisme baik menjadi berkurang.

Dampaknya juga dirasakan oleh pepohanan yang hidup di area sekitar. Artinya, proses pembusukan daun secara alami bisa terganggu jika air yang bercampur zat kimia langsung masuk ke tanah. 

Menjaga Air dengan tidak Boros

Rutinitas harian seperti mandi, mencuci, dan menyiram tanaman perlu dilakukan dengan cara yang benar. Kebiasaan mandi dengan air berlebih perlu diubah. Apakah selama ini kita memakai air tanpa perhitungan? jika benar, maka pikirkan kembali.

Kadangkala, kebiasaan kecil mengguyur air ke badan berkali-kali hanya membuang air dan tentu saja mengakibatkan tagihan listrik lebih besar jika menggunakan pompa air. 

Boleh jadi jika kita cermat dan mau mengubah cara menggunakan air, bukan hanya kita bisa menghemat namun juga memangkas waktu pada hal-hal yang tidak pernah kita pikirkan. 

Mandi dengan siraman air 4-5 kali dapat menghemat waktu dibandingkan 7-10 kali siraman. Bukankah target mandi adalah menghilangkan kotoran dari tubuh? jadi, penggunaan air yang berlebih tidak selalu berbanding lurus pada kebersihan tubuh.

Mencuci piring sekaligus juga dapat mengurangi penggunaan air berlebih. Alternatif lain dengan menampung terlebih dahulu, baru kemudian mencuci untuk menghilangkan kotoran, lalu dibilas dengan sumber air lain yang ditampung pada tempat berbeda.

Cara membuka kran air juga seringkali membuat air terbuang percuma. Contohnya, saat kran sengaja dibuka penuh, air yang keluar tidak dipergunakan maksimal. 

Berbeda ketika kran dibuka setengah, maka air yang terbuang sia-sia juga relatif lebih sedikit. Belum lagi ketika bak mandi yang terisi penuh dibiarkan begitu saja karena kelalaian. 

Rumah hemat energi dimulai dari kebiasaan baik menggunakan air dengan benar. Kebiasaan-kebiasaan kecil tentunya perlu dicontohkan orang tua pada anak agar mereka mengerti bahwa sumber air dalam tanah perlu dijaga.

Pemerintah juga sebaiknya meninjau kembali kebijakan dalam hal pembuatan drainase, ijin pendirian rumah, perumahan dan bangunan besar.

Air yang berlimpah dalam tanah jangan dianggap sebagai sesuatu yang tidak pernah habis. Kebiasaan penggunaan air berlebih juga berdampak pada pemborosan energi dalam lingkup rumah tangga. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun