Kebutuhan akan energi akan terus meningkat seiring bergesernya pola hidup. Krisis energi tidak selamanya karena penggunaan energi yang memuncak, melainkan banyaknya energi yang terbuang karena kebiasaan yang buruk yang terus berulang.Â
Adakala kebiasaan menggunakan lampu tidak pada waktunya membuat beban arus naik perlahan. Padahal, ada alternatif yang lebih simpel seperti membuka jendela rumah saat cahaya matahari berlimpah jauh lebih menghemat energi.
Contoh sederhana lain, yaitu menggunakan AC pada momen yang sebenarnya tidak sepenuhnya diperlukan. Saat hari masih pagi atau atau malah membiarkan AC terus menerus hidup dalam keadaan tidak digunakan hanya karena sudah bayar listrik.
Adakah contoh lainnya? tentu saja! menggunakan air secara berlebihan. Kita meyakini sumber air dalam tanah berlimpah ruah, namun pada kenyataannya jumlah debit air mengalami penurunan setiap tahun.
Sungai mulai mengering, lahan pertanian terancam kekurangan air. Sumur-sumur yang dulunya tidak pernah berkurang airnya, kini tidak lagi sama. Bahkan, di beberapa tempat sumber air dalam tanah seakan menghilang.
Apakah penyebabnya?Â
Kebiasaan-kebiasaan kecil yang terus berulang berdampak pada pemborosan energi. Air yang dipakai secara berlebihan dan tidak dialirkan kembali ke dalam tanah membuat sumber air tidak terjaga.Â
Akuifer adalah lapisan tanah yang menympan sumber air dalam tanah. Air hujan atau sumber air yang jatuh ke tanah kembali pada lapisan akuifer, sehingga ketersediaan air dalam tanah berada pada titik yang sama bergantung pada letak geografis tempat.
Ada area yang lebih mudah menemukan sumber air di beberapa meter saja, dan ada juga kawasan yang sulit menemukan mata air karena faktor lapisan tanah yang berbeda antar tempat.
Pada gambar di atas, terlihat jelas pada lapisan mana sumber air bisa ditemukan. Sementara pada lapisan unconfined aquifer, air yang berasal dari atas tanah diserap ulang ke dalam tanah guna disimpan untuk menjaga keseimbangan sumber air dalam tanah untuk kemudian digunakan kembali.