Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Kenapa Cara Instan dapat Merusak Otak?

17 Agustus 2023   14:33 Diperbarui: 17 Agustus 2023   14:38 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Otak adalah bagian terpenting yang menjadi center of command bagi seluruh organ tubuh. Untuk berfungsi optimal, otak menyimpan segala informasi menjadi rangkaian database yang saling terkait.

Segala informasi yang terkumpul di otak akan diolah dan dipilah untuk diterjemahkan dalam waktu singkat. Koneksi antar neuron sangat membantu agar pesan tersampaikan.

Pada dasarnya, otak membutuhkan stimulasi berupa pengulangan agar dapat merangkai informasi yang dibutuhkan. Misalnya, saat terlahir, otak seorang bayi belum bisa membaca dan menafsirkan keadaan sekitar.

Makanya, untuk mendapatkan stimulasi yang cukup, bayi membutuhkan interaksi aktif bersama orang tua. Sederhananya, hal simpel seperti mengajak bicara anak dengan gestur tubuh dan ekspresi wajah menjadi input berharga bagi bayi.

Saat ini, interaksi orang tua dan anak semakin berkurang. Apalagi dengan hadirnya smartphone, peran orang tua untuk berinteraksi bersama anak berkurang drastis.

Akibatnya, banyak anak yang mengalami speech delay atau keterlambatan berbicara. Faktor pembiasaan memegang smartphone di umur yang sangat belia menjadi penyebab utama.

Semakin sedikit waktu orang tua membersamai anak, maka semakin berkurang intensitas komunikasi bersama anak. Tanpa kita sadari, otak anak hanya menyerap sedikit informasi untuk menghubungkan neuron.

Pada rentan umur 1-2 tahun sejak dilahirkan, seorang anak mengalami masa perkembangan otak yang cukup signifikan. Sayangnya, otak anak tidak terstimulasi dengan baik akibat kehadiran smartphone. 

Idealnya, masa 2 tahun paska kelahiran dimanfaatkan sebaik mungkin oleh orang tua dengan aktif berinteraksi bersama anak, berbicara dan bermain dengan intensitas yang memadai.

Jika orang tua memilih untuk membiarkan anak menonton video dari YouTube, maka stimulasi yang didapat anak tidak membantu perkembangan otak dengan baik.

Walaupun bayi belum mampu merespon, mimik wajah dan pola komunikasi orang tua sangat membantu untuk membentuk input dalam otak. Anak dapat perlahan memahami makna kata dan konteks penggunaan.

Dengan komunikasi aktif saat berinteraksi bersama anak, regulasi emosi juga terbentuk. Berbeda ketika anak dibiarkan aktif di depan smartphone, anak akan menjadi pasif dan sulit mengenali emosi yang terbentuk.

Otak manusia memang terus berkembang seiring bertambahnya umur, akan tetapi rangkaian input yang diserap otak pada umur 1-10 tahun menjadi fondasi berharga.

Oleh sebab itu, cara berinteraksi dan pola komunikasi orangtua bersama anak di masa 10 tahun awal pertumbuhan anak sangat menentukan tingkat perkembangan otak kedepannya.

Sebagai contoh, jika orang tua condong mengarahkan anak dengan cara gampang, maka otak membentuk input sebagaimana yang diserap.

Jangan heran ketika anak mudah menyerah dan sulit untuk terpacu mencoba hal-hal baru yang dianggapnya sulit. Bisa saja, saat kecil mereka terbiasa dengan hal-hal mudah atau malah selalu dibantu oleh orang tua dalam segala hal. 

Anak yang segala kebutuhannya disediakan dan kemauannya dituruti memiliki sirkuit berbeda di otak mereka dibanding mereka yang terbiasa dibiarkan mencoba dan dipandu.

Begitula dengan cara orang tua merespon anak. Orang tua yang menyayangi anak dan mendorong mereka untuk aktif mencoba memiliki rasa percaya diri yang cukup baik ketimbang anak-anak yang sering dimarahi dan kurang diperhatikan.

Mendidik anak dengan cara instan pada hakikatnya sama seperti melemahkan fungsi otak anak. Kemampuan otak untuk bekerja optimal berbanding lurus dengan input yang diterima di masa kecil.

Membiarkan anak hidup santai tanpa disiplin memberi pesan buruk bagi otak. Sama halnya seperti membiarkan anak memegang smartphone berjam-jam yang menguras waktu berharga anak.

Bagaimana mungkin otak bisa bekerja optimal jika rangkaian input yang terbentuk membuat otak menjadi tumpul. Dua hal yang sejatinya dapat membuat otak berfungsi maksimal sering diabaikan oleh orang tua demi sesuatu yang dianggap lebih penting.

Apa dua hal sederhana itu? Komunikasi dan interaksi!

Ya, hanya dengan aktif mengajak anak bicara sejak lahir dan meluangkan waktu untuk berinteraksi bersama anak dapat melejitkan fungsi otak.

Pembiasaan ketika kecil memberi input dominan bagi otak. Maknanya, apa yang dominan dilakukan orang tua bersama anak memberi pesan yang dibawa seumur hidup oleh anak. 

Jika anak sering ditinggalkan untuk bermain sendiri, maka ada fungsi otak yang tidak berkembang. Terlebih, ketika akan menyerap informasi yang tidak layak dari tontotan YouTube. 

Uang mungkin saja bisa dicari ketika hilang, tapi kesan dan pesan masa kecil yang didapat anak tidak dapat diulang. Fondasi berharga yang dibentuk dalam otak hanya terjadi satu kali lewat interaksi dan komunikasi.

Cara instan mendidik anak tentu saja mudah didapat, namun kualitas yang dihasilkan juga sepadan. Otak membutuhkan input yang baik dari apa yang dicontohkan orang tua. 

Cara orang tua berkomunikasi dengan anak bukan hanya diserap otak, tapi memberi pelajaran dalam wujud tingkah laku dan sopan santun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun