Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Tiga Kesalahan Mahasiswa ketika Ikut Ujian TOEFL

30 Juli 2023   13:00 Diperbarui: 30 Juli 2023   14:46 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesalahan belajar TOEFL|freepik.com

Rifqi datang dengan sebuah harapan, yaitu skor TOEFL 550. Dengan langkah yang begitu cepat, ia segera mendaftarkan diri untuk mengambil tes TOEFL.

"Kak, saya ingin daftar tes TOEFL ITP untuk bulan ini, ada?" tanya Rifqi ke resepsionis.

"oh ya, ada untuk tanggal 26 ini!" jawab resepsionis cepat.

Tanpa pikir panjang, Rifqi segera mendaftarkan diri pada tanggal yang sudah disebutkan dan tidak lupa membayar biaya tes sebesar Rp550.000. 

"Jangan lupa bawa pensil HB dan penghapus serta tanda pengenal di hari tes" resepsionis mengingatkan Rifqi sebelum meninggalkan lembaga bahasa.

"Siap!, kak" balas Rifqi sigap. 

Setelah menyelesaikan administrasi, Rifqi menghidupkan motornya dan segera kembali beraktivitas seperti biasanya. Ia tidak terlalu ambil pusing untuk ujian TOEFL yang tinggal dua minggu lagi.

Rifqi tidak pernah mengukur kemampuan bahasa Inggrisnya, bahkan untuk mengambil tes prediksi TOEFL saja tidak pernah. Ia begitu yakin bahwa skor 550 itu mudah diraih hanya dengan sekali coba. 

Contoh di atas adalah gambaran umum mahasiswa yang berharap untuk bisa meraih skor 550 dengan sekali coba. Usaha minim dan pengetahuan tentang TOEFL tidak dipahami dengan benar. 

Semester 1 sampai semester 8 berlalu begitu saja, persiapan untuk mengikuti ujian TOEFL tidak pernah terlintas di pikiran. Begitu butuh sertifikat TOEFL, uang pun dikeluarkan. 

Terserah nominalnya berapa, yang penting skor yang diharap tertulis di sertifikat yang dibutuhkan. Kadang kala, Rifqi dan teman-temannya mendaftar berulang kali setelah hasil tes pertama di luar dugaan.

Bahkan, jarak antara tes 1,2,3 hanya berselang 1 minggu. Apa tujuannya? biar kalau gagal bisa tes lagi dan perlu nunggu lama. Dalam satu bulan, uang sebesar 2 juta bisa lenyap.

Lantas, apakah skor yang diharap didapat setelah 4-5 kali tes? No way! jelas tidak.

Karena mengambil tes tanpa tahu tentang TOEFL, sebenarnya Rifqi dan kawan-kawan sekadar bertaruh. Sama saja seperti bermain lotere, berharap dapat uang besar di akhir. Ujungnya hanya ngabisin uang dan waktu!

Tes TOEFL adalah tes ujian kemampuan bahasa Inggris. Rifqi tidak pernah mengukur kemampuan bahasa Inggrisnya, untuk kosa kata saja ia kalang kabut. 

Yang ia punya hanya sebuah harapan, ya HARAPAN lulus dengan modal uang saja. Selebihnya menunggu keajaiban yang tidak pernah datang.

Ketika skor TOEFL tidak didapat, lalu ia marah-marah dan berkata "sudah berkali-kali ambil TOEFL tapi skor sama saja, maunya kan ditiadakan saja syarat TOEFL itu"

Tiga kesalahan besar yang tidak pernah dipahami Rifqi adalah:

  • 1. Menghabiskan uang tanpa tujuan jelas

  • 2. Tidak mempersiapkan diri sebelum mengikuti ujian

  • 3. Berharap hasil cepat tanpa usaha maksimal

Pada kenyataannya, skor 550 bisa didapat dengan persiapan yang memadai. Namun, tanpa memahami kemampuan diri dengan mengambil tes prediksi terlebih dahulu, skor 550 hanyalah sebuah harapan semu. 

Anggaplah Rifqi mengambil tes prediksi di awal dan mendapat skor 350. Artinya, level bahasa Inggris ada di level lower intermediate. Ini bermakna ia harus mampu menambah 200 skor lagi guna mendapatkan 550. 

Secara teori, untuk mendapat skor 50 saja persiapannya butuh 1 bulan. Sedikitnya, Rifqi membutuhkan waktu minimal 4 bulan untuk belajar, itu pun harus intensif tanpa jeda.

Orang yang masih berada pada skor TOEFL 300-350 belum memiliki fondasi bahasa Inggri yang baik. Untuk itu, mereka tidak mungkin belajar sendiri, melainkan butuh tutor atau guru pendamping. 

Apakah belajar TOEFL mesti dengan guru? jawabannya, iya! jika sama sekali belum memahami TOEFL. Akan tetapi, jika skor prediksi TOEFL berada di angka 450, maka boleh-boleh saja belajar sendiri dengan mempelajari tips dan strategi. 

Strategi tu baru bisa diaplikasikan jika kemampuan bahasa Inggris seseorang sudah pada level setidaknya Intermediate, jauh lebih baik lagi di level Upper intermediate. 

Kesalahan Rifqi dan teman-teman adalah tidak pernah mengambil TOEFL prediksi dan sama sekali tidak mengetahui level bahasa Inggris mereka dengan tepat dan akurat. 

Jadinya, mereka hanya menghamburkan uang dengan sebuah harapan yang tidak akan jadi kenyataan. Mendaftar TOEFL dalam jeda waktu yang relatif dekat tidak akan menaikkan skor TOEFL.

Untuk mendapatkan skor 50 lebih tinggi, idealnya Rifqi harus ikut ujian TOEFL dengan jarak tes sebulan dari tes sebelumnya, itu pun kalau serius belajar.

Ringkasnya, jika sudah tahu skor terakhir 400, mencoba mendaftar kembali dalam bulan yang sama untuk dapat skor 550 adalah sebuah kebodohan. 

Makanya, lembaga bahasa perlu mendidik para pendaftar tes TOEFL untuk benar-benar paham tentang ujian TOEFL. Tujuannya satu, yaitu pengambil tes tidak berharap hasil instan tanpa tahu level bahasa Inggris mereka.

Daripada buang-buang uang, ya lebih baik sedekahkan saja ke anak yatim. Toh, mendaftarkan diri 4 kali dalam sebulan itu sungguh tidak masuk akal. Tidak ada bedanya dengan taruhan.

Belajar TOEFL itu butuh persiapan dengan pemetaan kemampuan secara akurat. Bukan sekedar belajar acak dan menghafal strategi tertentu. Strategi hanya berguna bagi mereka yang level bahasa Inggris sudah bagus. 

Sekali lagi, semua soal TOEFL itu diujiankan dalam bahasa Inggris. Bagaimana mungkin ada orang yang mengikuti ujian TOEFL tanpa mau menguasai bahasa Inggris. 

Lebih lucu lagi, ada yang sudah menyadari bahwa tidak bisa berbahasa Inggris sama sekali, tapi memaksakan diri mengambil TOEFL dengan percaya diri yang besar akan mendapat skor sesuai harapan. 

Ibaratnya seperti sudah tahu tidak bisa berenang, tapi tetap nekat terjun ke sungai. Ya, sudah bisa ditebak apa yang akan terjadi kemudian. 

Note: nama di atas hanyalah contoh. Jika terdapat kesamaan nama tokoh, maka silahkan abaikan saja. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun