Orang yang masih berada pada skor TOEFL 300-350 belum memiliki fondasi bahasa Inggri yang baik. Untuk itu, mereka tidak mungkin belajar sendiri, melainkan butuh tutor atau guru pendamping.Â
Apakah belajar TOEFL mesti dengan guru? jawabannya, iya! jika sama sekali belum memahami TOEFL. Akan tetapi, jika skor prediksi TOEFL berada di angka 450, maka boleh-boleh saja belajar sendiri dengan mempelajari tips dan strategi.Â
Strategi tu baru bisa diaplikasikan jika kemampuan bahasa Inggris seseorang sudah pada level setidaknya Intermediate, jauh lebih baik lagi di level Upper intermediate.Â
Kesalahan Rifqi dan teman-teman adalah tidak pernah mengambil TOEFL prediksi dan sama sekali tidak mengetahui level bahasa Inggris mereka dengan tepat dan akurat.Â
Jadinya, mereka hanya menghamburkan uang dengan sebuah harapan yang tidak akan jadi kenyataan. Mendaftar TOEFL dalam jeda waktu yang relatif dekat tidak akan menaikkan skor TOEFL.
Untuk mendapatkan skor 50 lebih tinggi, idealnya Rifqi harus ikut ujian TOEFL dengan jarak tes sebulan dari tes sebelumnya, itu pun kalau serius belajar.
Ringkasnya, jika sudah tahu skor terakhir 400, mencoba mendaftar kembali dalam bulan yang sama untuk dapat skor 550 adalah sebuah kebodohan.Â
Makanya, lembaga bahasa perlu mendidik para pendaftar tes TOEFL untuk benar-benar paham tentang ujian TOEFL. Tujuannya satu, yaitu pengambil tes tidak berharap hasil instan tanpa tahu level bahasa Inggris mereka.
Daripada buang-buang uang, ya lebih baik sedekahkan saja ke anak yatim. Toh, mendaftarkan diri 4 kali dalam sebulan itu sungguh tidak masuk akal. Tidak ada bedanya dengan taruhan.
Belajar TOEFL itu butuh persiapan dengan pemetaan kemampuan secara akurat. Bukan sekedar belajar acak dan menghafal strategi tertentu. Strategi hanya berguna bagi mereka yang level bahasa Inggris sudah bagus.Â
Sekali lagi, semua soal TOEFL itu diujiankan dalam bahasa Inggris. Bagaimana mungkin ada orang yang mengikuti ujian TOEFL tanpa mau menguasai bahasa Inggris.Â