Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kapal yang Tenggelam

29 Juli 2023   10:20 Diperbarui: 29 Juli 2023   10:34 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kapal yang tenggelam|freepik.com

Tapi, ketika berbicara konsisten menulis, kepintaran bukanlah variabel yang penting. Untuk menjadi orang pintar, ada tahapan yang dilalui, yaitu dengan belajar.

Pertanyaannya, adakah orang yang berhasil pintar dengan bermalas-malasan?  saya rasa hampir mustahil! Walaupun untuk menjadi pintar kita tidak harus ke sekolah, konsisten untuk belajar secara mandiri adalah kunci utama. 

Sekarang, coba kita lihat dalam konteks bisnis, siapa yang lebih berani mengambil resiko, orang pintar atau orang yang konsisten?

Para pelaku usaha, sebagian besarnya, berasal dari golongan yang tidak berpendidikan. Secara formal mereka memang tidak mengenyam pendidikan formal, tapi pada kenyataannya mereka lebih unggul ketika berbisnis.

Orang pintar seringkali berpikir melampaui akal sehatnya, sehingga mereka banyak menganalisa namun tidak berani mengambil resiko. Akhirnya, secara teori mereka memang 'benar', akan tetapi tidak lebih unggul dari mereka yang berani mengambil tindakan.

Dari banyak buku berlebel New York Times Best-Selling Author, saya menemui satu kesamaan dari hampir semua penulis. Mereka yang berhasil membangun perusahaan besar adalah orang-orang tanpa gelar sarjana, bahkan tidak pernah menamatkan sekolah.

Di balik semua keberhasilan yang berhasil diraih, disiplin diri yang kuat dengan konsisten belajar dari pengalaman adalah sebuah proses pembelajaran.

Maknanya, jika orang pintar lebih memahami teori dari banyak buku, mereka yang terjun langsung ke lapangan lebih menguasai kasus demi kasus dalam konteks berbeda. 

Jadi, kepintaran seseorang dari hasil pendidikan formal tidak serta merta menjadikan mereka orang sukses. Bahkan, di banyak kasus, mereka berada pada level bawah karena condong berada di titik aman.

Sebagai contoh, tidak sedikit profesor yang secara gelar akademik berada di level teratas, namun pada praktiknya jauh tertinggal dari orang-orang yang berkontribusi langsung di lapangan. 

Guru honorer sebagai contoh, mereka jauh lebih memahami konteks permasalahan di lapangan ketimbang orang-orang yang hanya berjibaku pada teori-teori pendidikan berlandaskan buku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun