Dengan kata lain, bagaimana mungkin seseorang mau meyerahkan data pribadi kepada sebuah tautan yang belum diyakini valid. Jelas saja, korban penipuan digital semakin hari semakin meluas.
Umumnya, pelaku phishing mengandalkan web palsu untuk memanipulasi. Tujuannya satu, agar target korban penipuan masuk ke lobang yang memang sengaja disiapkan.Â
Tautan berupa permintaan pengisian data pribadi mengundang siapa saja yang logika berpikirnya tumpul. Orang yang tidak mudah percaya pada tautan pasti tidak mau mengisinya begitu saja, walaupun dengan pesan menggiurkan.Â
Tautan file palsu yang disertakan juga patut dicurigai. Para korban mudah saja mengklik file dan mengunduhnya, lalu data pribadi diambil baik dengan cara pengisian atau perekaman otomatis yang bekerja di belakang layar.Â
Cara Menghindari Penipuan Digital
1. Tidak sembarangkan percaya
Cara paling sederhana adalah membangun kesadaran penuh akan keamanan data pribadi. Untuk itu, jangan mudah percaya pada tautan yang mungkin saja masuk ke email atau pada website yang dikunjungi.Â
Cek sumber informasi terlebih dahulu dan periksa keabsahan tautan sebelum memutuskan untuk membukanya. Apapun link yang muncul di media sosial, jangan gegabah untuk membukanya, apalagi mengisi data pribadi.
Jika permintaan membuka datang dari atasn tempat kerja, validasi terlebih dahulu ke beberapa rekan kerja sebelum membukanya. Baca dan analisa permintaan mengisi file atau tautan secara bijak.
2. Jangan mudah percaya janji palsu
Para pelaku phising pasti memancing korban dengan janji berupa hadiah, diskon, dan semacamnya. Jangan mudah tergiur pada alinea pertama dan langsung mengisi data pribadi.
Logikanya, mana mungkin dengan sekedar mengisi data pada tautan, lalu hadiah yang dijanjikan bisa dikirim ke alamat yang disertakan. Bukankah itu sama saja seperti memberi kunci sepeda motor pada orang yang tidak dikenal dengan janji imbalan besar.