Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Artikel Utama

Relevansi Skor PISA dan Sinkronisasi AI untuk Output Belajar Berkualitas

27 Juli 2023   12:59 Diperbarui: 28 Juli 2023   13:23 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AI dalam dunia pendidikan|sumber https://www.medcom.id, edited by Canva

Pagi ini saya menambah wawasan tentang peran Artificial Intelligence (AI) dalam dunia pendidikan. Saya menonton kanal YouTube milik Helmy Yahya yang menghadirkan bintang tamu muda asal Indonesia tamatan Standford University, California, AS.

Anak muda ini bernama Davyn dan baru berumur 22 tahun. Dalam diskusinya dengan Helmy Yahya selama 43 menit, saya bisa menangkap bagaimana kemungkinan AI mempercepat kerja guru, jika dipergunakan dengan tepat dan bijaksana. 

Pada kenyataannya, banyak yang juga khawatir jika AI akan mengambil alih peran guru dan dampak negatif diprediksi lebih besar. Tentu saja itu benar, tergantung dari sisi mana kita melihat dan opini mana yang menjadi landasan berpijak. 

AI yang dikenal dengan kecerdasan buatan memiliki sisi positif yang perlu dipahami cara kerjanya. Misalnya, pemanfaatan AI sangat mungkin diaplikasikan dalam hal percepatan penguasaan materi bagi siswa dan juga pemangkasan biaya pendidikan.

Kita sadari bahwa Indonesia berada di urutan 6 terbawah merujuk pada skor Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018. Penilaian PISA ini menitikberatkan pada tiga hal, yaitu Matematika, Membaca dan Sains. 

Dari hasil PISA 2018, nilai rata-rata kemampuan membaca siswa Indonesia menurun ke angka 371. Padahal, nilai rata-rata membaca siswa Indonesia berada di angka 402 pada hasil skor PISA tahun 2009.

Berdasarkan penilaian Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Kelemahan pada bidang membaca terjadi pada kemampuan menyatukan kalimat harfiah pada jenis teks yang panjang dan membuat kesimpulan sederhana. 

Setidaknya, menurut OEDC ada 27% siswa Indonesia berada pada tingkat kompetensi B1, dimana pada level ini siswa hanya mampu menyelesaikan jenis teks termudah dengan mengambil kesimpulan sederhana dari sebuah teks umum.

Jika kita melihat fakta di lapangan, skor hasil membaca ini boleh dikatakan relevan dengan konteks saat ini. Contoh terkecil adalah betapa mudahnya berita HOAXS tersebar karena kemampuan membaca yang masih sangat rendah di kalangan remaja aktif di media sosial, terkhusus pada kemampuan mengambil kesimpulan. 

Pemanfaatan AI di Dunia Pendidikan

Beberapa tahun ke depan, dunia pendidikan akan mengalami turbulensi. Kehadiran AI di banyak sektor semestinya tidak dipahami sebagai musuh yang perlu dihindari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun