Beberapa sekolah kini terancam kekurangan murid. Sekolah favorit dengan lebel unggul kian menjadi rujukan orang tua. Akibatnya, sekolah yang tidak berlebel atau tergolong biasa saja tidak berhasil menjaring jumlah murid yang cukup.
Sistem zonasi dipercaya dapat membuat kualitas pendidikan dan jumlah peserta didik jadi merata. Faktanya tidak demikian! Sekolah favorit tetap saja bekerja bak magnet yang bisa menarik calon siswa lebih banyak.Â
Kekurangan sistem zonasi adalah titik koordinat tidak akurat, daya tampung membludak dan memicu hadirnya kecurangan. Sebaik apapun sistem, celah untuk berlaku curang tetap ada ketika perilaku jujur tidak diindahkan.Â
Kenapa harus ada sekolah yang kekurangan murid? bukankah hal tersebut sangat merugikan?
Siswa dan siswi beprestasi menumpuk di sekolah favorit. Guru berkualitas juga condong mengajar di sekolah unggul. Gap antara sekolah berstandar biasa dan sekolah unggul ibarat sungai dan laut.Â
Kenapa sekolah harus diberi lebel unggul, model, atau lainnya? hal ini secara tidak langsung memberi keuntungan tersendiri bagi sekolah dengan lebel tersebut.Â
Orang tua pasti menginginkan anaknya untuk mengenyam pendidikan di sekolah yang terjamin. Anggapan sekolah di pedesaan yang tidak unggul membuat stigma negatif.
Alhasil, orang tua lebih memilih untuk menyekolahkan anak di sekolah yang 'terbukti' unggul. Walaupun secara jarak lebih jauh, namun secara kualitas lebih menjamin.Â
Wajar saja, sekolah-sekolah berjarak dekat dengan rumah-rumah warga tidak lantas berhasil menggaet peserta didik yang bermukim disana.Â
Apalagi jika sekolah tersebut terlihat seadanya dengan gedung yang tidak menarik dan guru-guru yang tidak 'unggul'. Padahal, kompetensi guru itu sulit diterka dan tidak ada kaitannya dengan tipe sekolah.Â