Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Anak Kreatif jika Diberi Kesempatan Mencoba

16 Juli 2023   08:20 Diperbarui: 16 Juli 2023   08:22 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak kreatif|freepik.com

Entah bagaimana caranya, anak saya berhasil mengunduh sebuah game dari play store. Ini bukan kali pertama ia mengunduh game. Setelah saya cek, ternyata banyak game lain yang sudah terunduh. Untung itu HP mamaknya. hehe

Ya, anak kecil memang senang mencoba! mereka memiliki keinginan untuk tahu lebih besar dari orang dewasa. Saya malah terkejut ketika mengetahui game yang anak saya unduh adalah permainan sejenis interior design. 

Wah, cantiknya! saya terkesima melihat hasil desain rumah via game yang sudah ia unduh tadi. Saya tahu persis anak saya ini punya bakat menggambar di umur yang masih di bawah 10 tahun.

Alhasil, saya coba membandingkan kamar yang diperlihatkannya sebelum ditambahkan apa-apa dan setelahnya. Sungguh luar biasa! imajinasinya patut diapresiasi.

Mungkin, saya sendiri masih sulit menempatkan furnitur sesuai posisinya. Tapi, apa yang dilakukan anak saya sudah sangat baik mengingat usianya yang belum pada kapasitas berpikir logis secara utuh. 

Nah, Sekilas saja terenyuh dan berpikir, bagaimana jika ia tidak diberi kesempatan mencoba. Bukankah itu akan menghentikan kreatifitas yang ada di benak anak saya?

Lalu, saya teringat kembali ketika melarang anak untuk mencoba hal-hal yang menurut saya agak ekstrem atau tidak baik. Nyatanya, semakin sedikit anak diberi kesempatan mencoba, maka sedikit pula ia mendapat rangsangan.

Artinya, anak yang kreatif perlu mencoba sebagai pematik keingintahuan. Makanya, umur 1-5 tahun adalah masa percobaan bagi seorang anak. Ia perlu terlibat aktif untuk memacu saraf motorik.

Oleh karenanya, anak perlu bergerak, mencoba hal baru, mengeksekusi hasil pemikirannya. Tentu saja ini mustahil dilakukan jika orang tua terlalu protektif.

Misalnya, anak dilarang memanjat kursi, anak dihentikan saat mencoret dinding, anak dibiarkan menetap dalam rumah. Bukankah cara seperti ini adalah awal mula matinya kreatifitas?

Untuk mampu berpikir kritis, anak pelu dibiarkan mencoba dan tentunya dipandu oleh orang tua. Dengan demikian, anak dapat belajar dari apa yang dilihat dan dilakukan.

Sejak umur di bawah satu tahun, saya sudah membelikan helem untuk anak dan memakaikan di kepalanya kemanapun kami pergi. Tidak lupa, saya menyisipkan pesan manfaat helem untuk keamanan dan kenyamanan.

Pada awalnya, anak saya tidak merespon dan hanya memakainya. Setelah berumur dua tahun dan aktif berkomunikasi, malah ia mengingatkan saya ketika lupa memakai helem. 

Menariknya lagi, saat berkendaraan dan ada yang tidak memakai helem, anak saya kerap memprotes kenapa mereka tidak memakai helem karena berbahaya. Proses berpikirnya mulai logis dan mengarah pada hal yang bermanfaat.

Begitulah anak-anak. Pembiasaan yang baik membuat mereka memahami sesuatu dengan cara yang benar. Bukankah dengan cara ini orang tua semakin mudah mendidik anak?

Membangun kreatifitas dalam diri anak dimulai dengan pembiaran. Maknanya, anak harus dibiarkan untuk mencoba hal-hal positif yang belum pernah dilakukan. 

Bagaimana jika berbahaya untuk anak? orang tua perlu mendampingi dan membimbing anak untuk mengetahui mana yang seharusnya dihindari. Intinya, berikan kesempatan bagi anak untuk mencoba terlebih dahulu.

Kita sebagai orang tua tidak pernah tahu potensi anak sebelum mereka menggalinya. Kalau anak terus dibatasi untuk melakukan hal-hal berbeda, bagaimana orang tua bisa mengenali bakat yang sebenarnya ada dalam diri anak?

Memproteksi anak tentu saja sah dilakukan jika dalam keadaan yang wajar. Namun, menjadi orang tua yang terlalu protektif malah mematikan kreatifitas berpikir anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun