Konsumsi makanan berlebih umunya terjadi di area perkotaan. Jelas ini bukan tanpa alasan! gaya hidup dan tren yang berkembang menjadi pematik nafsu makan berlebih.
Tidak perlu mengambil contoh terlalu jauh, lihat saja sisa makanan yang terbuang tanpa makna pada sepiring nasi. Ini berlaku di warung, rumah, atau bahkan acara pesta perkawinan dan yang semisalnya.Â
Mungkin saja kita tidak menyadari pola konsumsi makanan yang menuruti nafsu telah merusak tatanan hidup. Gambaran sisa makanan yang menumpuk di dapur adalah refleksi kemiskinan pada dimensi kehidupan berbeda.
Boleh jadi, dengan mengubah cara makan dan membangun pemahaman makan dan minum sehat, jumlah sampah plastik akan menurun drastis.
Sekarang ini, rata-rata penjual di pasar menfasilitasi kantong plastik. Per orang yang berbelanja kebutuhan pokok sehari-hari membutuhkan minimal 2-3 jenis kantong plastik untuk memenuhi kebutuhan belanja sayuran, ikan, buah, dll.
Berapa banyak yang mau membawa kantong belanjaan sendiri? SANGAT SEDIKIT!
Semakin tinggi konsumsi makanan menyebabkan tingginya barang belanjaan. Maknanya, tuntutan akan penggunaan plastik juga semakin hari semakin meninggi. Sebaliknya, jika saja pola makan dijaga secukupnya, jumlah belanjaan juga berkurang.
Nah, ketika berbicara pola makan, ada banyak faktor yang perlu dianalisis. Kebiasaan makan dalam keluarga, kesadaran akan makanan dan lingkungan sehat tentu saja saling mempengaruhi.
Mari sejenak kiat melihat perbandingan jumlah total sampah di negara lain. Amerika, India, dan Cina menduduki peringkat teratas penghasil sampah terbesar di dunia.
Cina dan India memiliki jumlah penduduk relatif sama, yaitu 1.4 milyar jiwa, sementara Amerika masih di angka 331 juta jiwa. Tentu saja, angka kebutuhan makanan dan minuman berbanding lurus dengan jumlah penduduk.
Sekarang, mari melihat lebih dekat lagi. Data dari The World Counts menyatakan Bantar Gebang kawasan Bekasi sebagai tempat pembuangan sampah terbesar di dunia. Sebanyak 40 juta ton sampah berada di sana dan 240 ribu ton sampah rumah tangga berakhir di sini setiap tahunnya [baca di sini].
Ghana juga masuk dalam kategori teratas penampung sampah elektronik yang mencapai angka 192 ribu pertahunnya. Makanya, frasa consumer society cukup memberi gambar bagaimana pola konsumsi berefek pada peningkatan jumlah sampah.