Sesi wawancara juga tidak perlu lama, cukup 15 menit saja. Awali 5 menit dengan pengisian kuisioner kepribadian, lalu langsung masuk ke sesi wawancara selama 10 menit. Hasil ujian teori dan wawancara kemudian digabungkan untuk memberi penilaian.
Ujian Praktik jangan Dipersulit
Kalau ingin masyarakat taat aturan, buatlah ujian yang mendidik. Misalnya, prosedur ujian praktik terlebih dahulu dijelaskan dalam modul yang bisa diunduh secara online. Biarkan masyarakat lebih terdidik dengan 'dipaksa' membaca modul ujian.Â
Di dalam modul, gambarkan ilustrasi berkendaraan sesuai tata tertib, sesuaikan konteks jenis kendaraan (motor dan mobil), dan sisipkan rambu-rambu lalu lintas dalam ilustrasi jalan berbeda (jalan raya, jalan kota, jalan desa).
Berikutnya, setelah modul sudah dikuasai calon pelamar SIM, beri pilihan untuk bebas memilih ujian praktik pada tanggal yang sudah disiapkan. Sertakan waktu ujian, tempat dan jenis kendaraan yang harus dibawa.
Ya, beri keleluasaan bagi pengambil ujian praktik untuk membawa motor atau mobil sendiri. Kemudian, sesuaikan ujian dengan jenis SIM yang hendak diperoleh.
Intinya, antara calon pelamar SIM A dan SIM C sebaiknya diklasifikasikan jenis jalanan dan rambu lalu lintas yang diujiankan. Artinya, pada tahap ini calon pelamar SIM diujiakan sesuai konteks jalanan yang kemungkinan besar dijangkau kedepan.
Setiap wilayah memiliki gambaran jalanan yang berbeda satu sama lain. Jalanan desa dan kota tentu berbeda, rambu lalu lintas di jalan lurus dan tanjakan juga pasti tidak sama.Â
Lantas, apakah semua rambu lalu lintas wajib diujiankan sekaligus? saya rasa tidak! pengendara yang baik akan selalu belajar tentang rambu lalu lintas secara bertahap seiring menguasai jalanan.Â
Makanya, ujian praktik cukup disesuaikan dengan konteks jalanan tempat pelamar SIM berasal. Bagaimana jika pengendara suatu saat menempuh jalur yang berbeda? ya, pastinya pengendara yang taat akan mudah menyesuaikan jika ujian teori tahap dua sudah layak diluluskan.Â