Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Anak dalam Cengkraman Smartphone

31 Mei 2023   15:40 Diperbarui: 31 Mei 2023   15:53 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini saya mengunjungi sebuah kantor administrasi. Duduk di belakang saya seorang ibu yang sedang menjaga anaknya. Terdengar suara tangisan dari arah belakang, anak paling besar meminta HP.

Sang ibu yang sedang kerepotan mengendong anak yang lebih kecil terlihat semakin bingung. Akhirnya, anak yang saya taksir umurnya masih 2-3 tahunan dibiarkan memegang smartphone agar tidak rewel.

Situasi seperti ini bukanlah hal baru. Bahkan, anak-anak sangat mudah mengakses smartphone dengan sepengetahuan orang tua. Ada yang juga sengaja dibelikan smartphone agar tidak mengganggu orang tua bekerja.

Hidup di jaman serba canggih terkesan memudahkan, namun di banyak hal kemudahan melahirkan generasi yang gampang diambil alih oleh benda mati. Dengan kata lain, anak-anak saat ini berada dalam cengkraman smartphone.

Dahulu anak-anak lebih tergerak untuk menghabiskan waktu di luar rumah. Aktifitas fisik membuat tubuh aktif bergerak dan memberi banyak pengalaman berbeda pada anak. 

Berbeda dengan mayoritas anak saat ini, aktifitas fisik berpindah dalam sepetak layar kecil. Belum lagi dari segi kesehatan yang semakin menurun disebabkan makanan dan minuman cepat saji yang mudah menyebabkan berbagai mecam penyakit.

Pengalaman hidup anak masa kini semakin meyempit. Ruang gerak yang terbatas memberi kesan hidup berbeda. Bukan hanya itu, pola pikir turut berubah drastis. 

Tanpa kita sadari, cara-cara instan yang didapat melalui smartphone memberi pemahaman kemudahan semu. Pola bermain dari berbagai aplikasi memicu otak untuk mentransfer kenikmatan sesaat yang berakhir pada kepuasan tak berujung.

Sedikit saja keinginan tidak dipenuhi, emosi anak berubah. Tangisan dan rengekan yang sejatinya dipahami sebagai media pembelajaran untuk mengajarkan anak makna hidup berubah menjadi pemenuhan keinginan tak terbatas.

Nilai-nilai kehidupan luruh dalam cengkraman smartphone. Anak seperti dikuasai benda mati yang sebenarnya melemahkan kepribadian. Pesan visualisasi dari tontonan, permainan, atau media sosial membuat anak gagal memanfaatkan waktu pada hal penting.

Makanya, banyak anak yang terlihat mengatur orang tua. Meminta hal-hal yang tidak sewajarnya pada umur yang belum pantas. Akhirnya, sadar atau tidak orang tua sudah membiarkan anak berada dalam cengkaram smartphone. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun