Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cerdas Berimajinasi dalam Praktik Belajar Kurikulum Merdeka

31 Mei 2023   13:49 Diperbarui: 31 Mei 2023   14:00 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerdas berimajinasi dan Kurikulum Merdeka|www.freepik.com

Kurikulum merdeka menjadi angin segar bagi pendidik dan anak didik. Dalam ranah pendidikan, kemunculan kurikulum merdeka membuka ruang imajinasi dalam bingkai aktif belajar.

Untuk mampu aktif belajar, siswa perlu membangun kemampuan berimajinasi. Albert Enstein pernah berujar "Logic will take you from A to B. Imagination will take you everywhere."

Proses transfer ilmu yang mengandalkan logika (logic) hanya mengatar siswa dari satu tempat ke tempat lainnya, sedangkan belajar dengan berimajinasi (imagination) akan membawa siswa kemana pun.

Motivasi Belajar

Motivasi dan imajinasi pada hakikatnya saling terhubung. Motivasi yang muncul dalam diri seorang siswa mampu menghidupkan imajinasi dalam dirinya. Kurikulum merdeka secara tidak langsung memberi akses terbukanya imajinasi pada siswa.

Sebagai contoh, konsep asesmen kurikulum Merdeka bisa disesuaikan dengan minat dan kemampuan murid. Artinya, penilaian tidak lagi bersifat baku, namun lebih fleksibel mengedepankan kemampuan. Dengan cara ini, guru lebih terfokus pada kemampuan individu dan mudah untuk menganalisa keunggulan siswa dengan jauh lebih terukur. 

Selain itu, Kurikulum Merdeka memberi ruang lebih besar bagi siswa untuk mengasah kemampuan berpikir. Jika dulunya guru berperan aktif untuk menjelaskan pelajaran, saat ini siswa mendapat akses waktu lebih besar untuk mengeksplorasi pengetahuan ke arah yang lebih luas. 

Pola seperti ini dapat menumbuhkan motivasi belajar dan melatih siswa untuk berimajinasi dengan tema belajar yang bervariasi. Ringkasnya, arah imajinasi setiap siswa bisa beragam dan kreatifitas dalam menemukan ide terbuka lebar. Bukankah ini bermakna siswa akan lebih bebas dalam mengungkapkan ide mereka?

Sir Ken Robinson, seorang profesor di universitas Warwick, Inggris mengungkapkan "Imagination is the source of all human achievement." Singkatnya, Robinson percaya bahwa imajinasi adalah sumber kesuksesan.

Memaknai kebebasan berpikir dalam lingkup Kurikulum Merdeka hendaknya dipahami secara bijak. Baik pendidik atau pun anak didik sama-sama berperan dalam meningkatkan kreatifitas sebagai pintu kesuksesan belajar.

Paradigma anak nakal dan stigma negatif pada murid sejatinya hilang dengan kehadiran Kurikulum Merdeka. Mengapa? karena perhatian guru tidak lagi pada kekurangan, namun terarah pada keunggulan masing-masing siswa. 

Dengan bakat dan minat yang bervariasi antar siswa, guru dapat membimbing dan memotivasi siswa untuk membangun kreatifitas berpikir. Selanjutnya, siswa secara perlahan mampu berimajinasi untuk memaksimalkan daya pikir ke arah yang diharapkan.

Motivasi belajar yang kuat berdampak baik pada proses belajar siswa. Hasilnya, siswa lebih terpacu untuk memahami tema pembelajaran dengan berpikir dalam bingkai imajinasi.

Implementasi Kurikulum Merdeka

Peran orang tua dalam mendukung terwujudnya kegiatan belajar semakin membaik dalam bingkai Kurikulum Merdeka. Orang tua bisa aktif berpartisipasi dalam ekosistem pendidikan yang mengedepankan kebersamaan.

Sarana dan prasarana pendidikan menjadi unsur penting dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Siswa tidak lagi terpusat pada satu sumber ilmu seperti buku, akan tetapi proses belajar dewasa ini dapat mengintegrasikan IT dengan mengedepankan kearifikan lokal. 

Oleh karenanya, peran aktif orang tua untuk terlibat mendorong minat belajar anak sangatlah penting. Prasarana penunjang lain juga bisa dikembangkan dengan inisiatif guru dan orang tua, sehingga siswa tergerak untuk mempertajam imajinasi berpikir. 

Kebijakan kurikulum Merdeka untuk memberi kebebasan  pada sekolah juga berdampak positif pada guru-guru. Akhirnya, guru tidak lagi stres mengikuti aturan baku, sebaliknya terpacu untuk lebih selektif menghadirkan media belajar sesuai konteks keberagaman minat dan bakat peserta didik. 

Sekolah dapat memilih tiga Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), yakni : (1)Merdeka Belajar, (2)Merdeka Berubah (3) Merdeka Berbagi. Tidak dapat dipungkiri, pilihan yang ditawarkan dalam bingkai Kurikulum Merdeka ini memberi keleluasaan untuk meminimalisir krisis belajar di banyak sekolah.

Kedepannya, banyak sekolah yang mampu membangkitkan gairah belajar, berubah dan berbagi dalam satu tujuan nyata. Lebih jauh lagi, karakter siswa dan kecerdasan emosional dapat disetarakan dengan kecerdasan intelektual. 

Kita menyadari bahwa kedua kecerdasan, intelektual dan emosional, memiliki dampak positif bagi siswa di masa depan. Bahkan, tanpa kecerdasan emosional yang baik,  siswa yang unggul secara intelektual akan sulit bersaing dalam era globalisasi seperti sekarang ini. 

Makanya, kebebasan yang ditawarkan Kurikulum Merdeka seakan menjadi jawaban yang sudah lama dinanti-nantikan oleh anak didik, peserta didik, dan juga orangtua didik.

Karakter anak yang dulunya dipengaruhi lebih besar oleh peran orang tua, kini guru dan sekolah saling bersinergi menciptakan suasana belajar yang mengakomodir terciptanya karakter baik bagi anak didik. 

Nilai Merdeka Berubah dan Merdeka Berbagi jelas mengarahkan siswa pada karakter positif. Orang tua lebih leluasa untuk aktif mendukung terwujudnya nilai-nilai karakter di bawah Kurikulum Merdeka. 

3 Peran Orang Tua dalam Praktik Baik Kurikulum Merdeka

Inovasi dan pengembangan kurikulum merupakan kunci untuk proses pembelajaran efektif dan efisien. Kurikulum Merdeka memberi ruang bagi sekolah untuk mengatur jam belajar sesuai tujuan belajar yang ditetapkan bersama. 

Tentu saja, guru tidak lagi dibebani dengan target diluar kemampuannya dan siswa tidak terkekang dengan target diluar ekspektasi. Al hasil, sekolah sejatinya lebih leluasa untuk mengembangkan kurikulum dan melakukan inovasi pembelajaran yang mengedepankan kemampuan siswa secara menyeluruh. 

Meskipun demikian, peran orang tua untuk ikut aktif mendukung jalannya Kurikulum Merdeka sangat diharapkan. Menurut hemat penulis, ada 3 pendekatan yang bisa dilakukan orang tua untuk menunjang keberhasilan implementasi Kurikulum Merdeka.

Praktik baik Kurikulum Merdeka [designed by Canva]
Praktik baik Kurikulum Merdeka [designed by Canva]

1. Mendampingi Anak Belajar di Rumah

Proses belajar tidak hanya menjadi tanggung jawab guru. Orang tua hendaknya ikut berpartisipasi aktif dalam proses transfer ilmu. Sebagai wujud nyata kepedulian, orang tua sudah sewajarnya mendampingi anak mengeksplorasi banyak hal.

Mendampingi jangan dipahami dalam arti yang sempit. Misalnya, ayah dan ibu saling membagi waktu untuk mengajak anak aktif berpikir di berbagai kesempatan. 

Seorang ayah dapat mengalokasikan waktu di malam hari atau akhir pekan. Sebagai contoh, sambil mengajak anak berlibur ke pantai, ayah bisa mengenalkan alam dan berbagai keunikan dengan memancing daya pikir selaras dengan tema belajar sekolah.

Apa yang  mungkin dilakukan seorang ibu? sebagai seorang yang lebih mengerti karakter anak, peran ibu sangat bisa diandalkan. Misalnya, ibu sebaik mungkin menyemangati anak di berbagai waktu.

Ketika anak sudah mulai bersekolah, alangkah baik jika ibu mengajak anak aktif membantu kegiatan rumah tangga. Misalnya, ajak anak terlibat membersihkan rumah dan mengenalkan makna kebersihan dan tanggung jawab.

Apa lagi yang mungkin dilakukan seorang ibu? saat berbelanja di pasar, kenalkan harga barang dan jenis kebutuhan sehari-hari. Ajak anak untuk mengeksplorasi angka dan hubungannya dengan barang yang dibeli.

Lantas, apa yang kemudian dipelajari anak? tentu saja anak belajar banyak. Diantaranya, anak belajar konsep berhitung dengan lebih praktis dan aplikatif, anak membangun kesadaran membantu orang tua, anak tergerak untuk mengenal objek berbeda di banyak tempat.

2. Mendorong Minat Belajar Anak

Terwujudnya praktik baik Kurikulum Merdeka sangat ditentukan oleh partisipatif orang tua. Dalam hal ini, penggalian minat belajar anak diawali dengan kesadaran orang tua untuk menciptakan suasana rumah yang melahirkan minat belajar.

Orang tua saling bahu membahu mengenalkan berbagai hal. Secara bertahap, orang tua bisa mengamati arah minat anak, mencatat hal-hal positif yang disukai anak, lalu mengarahkan anak pada sesuatu yang menarik minatnya.

Lambat laun, orang tua dapat memahami arah minat anak lebih dalam. Sehingga, gambaran keunggulan anak mampu dipetakan dan dijadikan bahan rujukan bagi sekolah untuk memancing kreatifitas berpikir lebih terarah mengikuti arah minat siswa.

Minat belajar yang tersalurkan dengan tepat membawa perubahan besar. Siswa terdorong untuk menguasai topik tertentu yang diminati dan secara bertahap membangun pemahanan baik dalam bidang keilmuan spesifik. 

3. Mendukung Kegiatan Belajar di Sekolah

Keterlibatan orang tua (parental engagement) dalam kurikulum menjadi wadah terciptanya inovasi belajar. Orang tua sebagai motor penggerak kurikulum bisa mengambil peran dalam hal memberi dukungan bagi sekolah.

Apakah dukungan harus selalu berbentuk uang? tentu saja tidak harus! malah, orang tua kreatif dapat menyumbangkan ide brilian untuk implementasi Kurikulum Merdeka yang lebih aplikatif. 

Contoh sederhana yang mungkin dilakukan oleh semua orang tua adalah sebagai berikut : 

(1) aktif memberi masukan dalam proses pembelajaran sekolah.

(2) ikut meramaikan kegiatan sekolah yang mengedepankan kreatifitas siswa.

(3)  memberi motivasi pada anak untuk aktif menyampaikan ide dalam proses belajar di sekolah.

Praktik baik implementasi Kurikulum Merdeka dapat terwujud karena peran aktif orang tua mendampingi anak. Oleh karena itu, khazanah keilmuan anak berkembang pesat dengan keterlibatan aktif orang tua bersama guru-guru di sekolah.

Proses pembelajaran yang menyenangkan menyediakan ruang berpikir, berimajinasi, dan berinteraksi antar sesama peserta didik. Bukan mustahil, generasi kedepan mampu melahirkan pakar-pakar yang mumpuni di berbagai bidang keilmuan.

Sebagai penutup tulisan, mari sama-sama saling bahu membahu mewujudkan semarak merdeka belajar dengan mengambil peran terbaik. Orang tua tentunya dapat memposisikan diri sebagai garda terdepan anak.

Jika sebagai orang tua kita tidak memanfaatkan kesempatan aktif terlibat dalam pendidikan anak, siapa yang lebih layak untuk mendampingi anak-anak kita untuk menjadi generasi yang lebih baik?

[Masykur Mahmud]


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun