Sebagai orang tua yang bijak, saya rasa kita semua mengetahui jawabannya. Raji dan Lena pada contoh diatas adalah ilustrasi kebanyakan keluarga saat ini.
Anak-anak sudah kehilangan jati diri dan mudah menjadi pribadi yang egois sejak kecil. Otak mereka dijajah oleh smartphone, sehingga kemampuan fokus dan konsentrasi jauh lebih sedikt dibandingkan anak-anak jaman dulu.
Dari sisi emosional, anak-anak generasi sekarang kurang bisa mengontrol emosi. Manajemen emosi mereka terganggu akibat keseringan mengakses smartphone. Hal ini berefek lebih besar ketika dewasa nanti.
Lebih buruknya lagi, pola pikir tentang waktu tidak dipahami dengan baik.  Kenapa ini bisa terjadi? jawabannya simpel, karena hormon yang terpancing ketika memegang smartphone bukan secara sewajarnya.
Akhirnya, para remaja sulit untuk berinteraksi satu sama lain tanpa smartphone. Sejenak saja tangan mereka tidak memegang smartphone, seakan ada sesuatu yang kurang.Â
Etika kesopanan tidak lagi dikedepankan. Ketika bertamu, anak-anak sibuk memegang smartphone dan terkesan cuek. Begitulah kondisi saat ini. Interaksi sosial semakin memburuk, sifat individualis lebih dikedepankan.
Anak terkesan pintar ketika mengakses smartphone, namun sebenarnya sistem kerja otak mereka terganggu. Ibaratnya, ada banyak data yang seharusnya tidak disimpan otak namun tersimpan otomatis bersebab tontotan.
Waktu yang seharusnya berharga, kini lenyap dalam sekejap karena kelalaian mengakses smartphone. Anak-annak sudah tidak lagi mengenal siapa yang menjajah mereka setiap harinya.Â
Jauh lebih buruk lagi, orang tua dengan mudah menfasilitasi penjajah masuk dalam hidup anak. Â Siapa yang kemudian bakal dirugikan?
Sejujurnya, rasa sayang orang tua seringkali dipahami dengan cara yang tidak bijak. Konsekuensi akses smartphone pada anak-anak di bawah umur akan muncul ketika anak dewasa.
Sekarang saja, kita sudah bisa melihat hilangnya nilai-nilai kesopanan dalam kehidupan anak. Ada anak yang dengan mudah menyuruh dan mengatur orang tua. Orang tua semakin ditekan anak, perlahan namun pasti anak juga akan menjadi penjajah kecil berwujud mungil.Â