Belum tentu mereka yang skor TOEFl ITP 600 mampu berkomunikasi dengan baik dalam bahasa Inggris sesuai aturan Grammar. Begitupula ketika menulis, skor tinggi tidak menjamin seseorang mampu menulis dengan baik dalam bahasa Inggris.
Skor yang disyaratkan untuk keperluan sidang di kampus-kampus di Indonesia hanya sebagai syarat administratif semata. Bahkan, banyak mahasiswa yang mencuranginya dengan cara memakai joki, mengambil tes berulang kali, sampai mencari kunci jawaban.
Lucunya, ada juga mahasiswa yang sangat 'kreatif' untuk menghasilkan skor tanpa ikut tes. Bermacam cara dicoba agar syarat skor yang diminta tercukupi.
Lantas, jika sudah seperti ini, apa tujuan mengharuskan mahasiswa ikut ujian TOEFL? agar terlihat kemampuan bahasa Inggrisnya?
Pada banyak kasus, mahasiswa yang tidak menguasai bahasa Inggris dibuat kalang kabut dengan persyaratan TOEFL. Mau tidak mau, mereka harus rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk ikut tes berkali-kali.
Bagi saya pribadi, ini adalah hal yang salah kaprah. Secara teori bahasa, tidak mungkin skor TOEFL bisa naik secara signifikan dalam waktu satu-dua minggu. Misalnya, dari skor 35o bisa naik ke 450 hanya berjarak 10 hari tes.
Akhirnya, persyaratan TOEFL seperti ini terkesan memberatkan mahasiswa yang memang tidak minat memperlajari bahasa Inggris. Ya, kalau sekedar dapat skor 450 untuk syarat sidang dan belajar seminggu sebelum ikut ujian TOEFL, apa fungsinya?
Kalau skor TOEFL hanya sebatas sebagai angka tertulis untuk dilampirkan kesana dan kemari, bukankah itu sebuah pekerjaan sia-sia saja?
Pada kenyataannya, tujuan memperlajari bahasa Asing adalah untuk menambah nilai pada seseorang. Contohnya, Si A belajar bahasa Inggris agar  bisa berkomunikasi dengan rekan kerja negara lain atau agar mampu memahami literatur dalam bahasa Inggris.Â
Kalau begitu, apa manfaat mahasiswa mengambil TOEFL, apakah sekedar untuk mendapatkan skor sesuai ketentuan?
Ada banyak kebijakan yang terkadang terdengar teroritis namun tidak masuk logika berpikir yang benar. Uniknya lagi, ada lembaga pendidikan yang mensyaratkan ujian TOEFL pada institusi yang sudah ditetapkan sebagai syarat wajib.
Alasannya, agar validitas skor terjamin. Meskipun demikian, jenis soal yang dipakai terbatas dan mudah untuk dicari kunci jawabannya. Lantas, kalau seperti ini, bagaimana cara menjaminnya ?