Prototipe bisnis pada dasarnya mempermudah perkembangan bisnis. Misalnya, dengan adanya manual standar kerja yang tertulis, karyawan tidak harus ditraining setiap kali dengan mengundang pemateri.
Cukup arahkan karyawan mengikuti standar kerja dan uji kemampuan secara berkala. Selain efektif dari sisi manajemen, beban perusahaan untuk meningkatkan kemampuan karyawan tidak terlalu besar. Perusahaan bisa menghemat sampai puluhan juta.Â
Prototipe bisnis juga mengedepankan tanggung jawab. Artinya, setiap orang dengan posisi tertentu harus bertanggung jawab sesuai beban kerja. Apabila terjadi kesalahan, semua bisa diatasi. Ringkasnya, prototipe bisnis berlandaskan solusi (solution-based).
Pada bisnis yang tidak membangun prototipe, kebanyakan tidak mampu menyelesaikan masalah dengan cepat. Akibatnya, antara satu dan lain saling tunjuk. Tidak heran, terkadang bisnis dengan pemilik saham 2-3 orang bisa runtuh dalam dua tahun.
Ya, ini nyata terjadi! bisnis sejenis startup sangat rentan memicu konflik antar penanam modal. Alasannya satu, mereka mengandalkan saling percaya satu sama lain namun tidak mendeskripsikan tanggung jawab dengan tertulis beserta konsekuensinya.Â
Dalam membangun bisnis, bayangkan bagaimana bisnis terlihat 10-20 tahun kedepan. Jika memang ingin bisnis berkembang pesat, pola pikir harus jauh kedepan. Prototipe bisnis mudah dibangun jika visi bisnis tergambar jelas bukan hanya untuk 1-3 tahun saja.Â
Dengan kata lain, apapun jenis bisnis akan mampu berkembang dengan baik jika target yang dibangun, sistem, mekanisme kerja, manajemen, dan sistem marketing terekam kuat dalam satu wadah berbentuk prototipe.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H