Malam tadi sesaat sebelum tarawih, imam memberi sedikit tausiyah. Katanya, jika ibadah kita tetap biasa-biasa saja selama bulan ramadan, maka sungguh kita merugi.
Kadar amalan haruslah ditingkatkan. Jangan menanggapi ramadan seadanya saja tanpa inkhtiar untuk melebihkan amalan. Jika seperti itu, kita termasuk golongan orang yang sombong?
Loh, kok sombong?
Begini, kata pak imam, dengan segala keagungan ramadan dan keberkahan di dalamnya, bukankah lebih dari cukup untuk meyakinkan diri kita beribadah lebih banyak.Â
Ilustrasinya seperti ini, jika di perusahaan tempat kita bekerja ada sebuah pengumaman penting:
" bulan Maret sampai April semua karyawan akan mendapat bonus 10 kali lipat dari biasanya, ditambah paket liburan ke Jepang dan New Zealand bersama keluarga. Syaratnya kinerja harus meningkat tajam dalam satu bulan "
Apa yang muncul di benak kita saat mendengar pengumuman tersebut? senang atau sedih? biasa saja atau sangat bahagia?
Orang yang masih waras pasti sangat gembira dan berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas kerja. Jika biasanya hanya mengerjakan beban kerja pribadi, maka kedepan akan berusaha lebih.
Artinya, ada dorongan untuk bekerja maksimal dari bulan biasanya untuk mendapatkan bonus 10 kali lipat dan paket liburan bersama keluarga. Bukankah itu wajar ?
Nah, bayangkan bagaimana Allah 'mengumumkan' pahala amalan di bulan puasa yang berkali lipat. Bahkan, dosa diampuni, amalan diberi ganjaran lebih dan jaminan surga lagi.
Jika manusia sudah tahu dan mampu memahaminya, lantas kenapa masih ada yang enggan beribadah?
Bukankah itu lucu dan sombong?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H