Dalam perjalanan menuju sebuah desa, Zaki dan beberapa temannya melewati sebuah perkampungan. "wah, sudah jam 12 malam" ujar Zaki. Sepanjang jalan tak terlihat cahaya lampu, apalagi kendaraan di sekitar jalan.Â
Udara terasa dingin, ujan rintik-rintik mulai membasahi bagian depan mobil. Terdengar suara binatang dari sisi kiri dan kanan. Maklum, jalan menuju desa tujuan dibelah oleh hutan lebat.
Jarak tempuh sudah 50 km lebih, pertanda perjalanan sudah mencapai setengahnya. Ada satu jembatan lagi yang harus mereka lalui dari total 5 jembatan lainnya.
" 20 menit lagi kita sampai di jembatan itu" kata Ali yang tidak bisa terlelap. Bebatuan sekitar jalan membuat mobil bergoyang dan tentu saja tidak menyenangkan.
"bukankah jembatan tua itu yang dimaksud ibu tadi, Ali?" sahut Raka yang duduk di bangku belakang.
Ali membalas "ia, benar! bulu kudukku mulai bangun". Semua membisu seketika tanpa kata. Sebelum memasuki area perkampungan, seorang ibu tua sudah mengingatkan mereka bahwa ada satu jembatan yang konon katanya berpenghuni.
Parahnya, Ali bukanlah sosok pemberani. Ini kali pertama ia keluar rumah. Ia sama sekali tidak berharap untuk mendengar cerita ini, tapi apa daya telinganya terlalu sensitif.Â
Raka kembali mengeluarkan beberapa kata "sudahlah, kita lihat saja nanti". Raka sudah terbiasa berkemah di hutan dan ia sudah sangat terbiasa dengan hal-hal ghaib.Â
"oppppps, awassssss!" ucap Zaki sedikit berteriak.
Mobil berhenti seketika dan suara desis angin terdengar kuat. "siaaal, sepertinya ban mobil pecal" Reza bersuara di balik kemudi.