Jika kita menjual sebuah komoditas tertentu, apa yang kita harapkan pembeli rasakan? dengan kata lain, mampukah sebuah komoditas memberi kesan yag sulit dilupaka pembeli.Â
Rata-rata iklan barang, apapun itu, mereka tidak menjual komoditas namun produk. Sensasi dari produk diungkapkan dengan satu atau dua kata saja yang mudah ditangkap pembeli.Â
Perhatikan bahasa iklan rokok misalnya, mereka tidak menggunakan kalimat panjang. Cukup beberapa kata saja yang menargetkan pembeli pada umur tertentu.Â
Kita ambil satu contoh bahasa iklan rokok "nggak ada loe, nggak ramee" dari satu merek rokok ternama. Frasa yang begitu singkat,namun memberi kesan. Dalam ilmu bahasa, ada makna semantik yang tertanam di dalamnya.Â
Biasanya, sebuah komoditas akan gagal jika tidak mampu membahasakan produknya. Simpelnya, sensasi apa yang ingin diberikan dari produk tersebut.Â
Contoh lain, iklan dari Samsung dengan kalimat singkat "The Galaxy awaits you". Pembeli yang bagaimana yang mereka sasar? pastinya, ada target umur yang jelas diincar dari tipikal sebuah produk.
Apple sendiri dikenal dengan gaya iklan yang menggugah. Pesan yang ditampilkan dalam bahasa iklan mereka condong menyentuh Passion yang melekat pada individu.Â
Inilah mengapa target pasar Apple sangat terperinci dari setiap komoditas berupa sensasi produk yang mereka tawarkan. Bukan hanya kelebihan dari sebuah produk, namun sensasi yang tercipta dari produk tersebut yang berhasil merasuki jiwa pembeli.
Kesuksesan sebuah bisnis terletas pada kesan sebuah produk. Sejatinya, bisnis yang memiliki visi juga memiliki bahasa yang lugas untuk mengkomunikasikan produk mereka.Â
Jangan berharap untuk menggait pelanggan setia jika bahasa sebuah produk masih sulit dipahami. Seringnya, bisnis yang tidak menemukan nilai yang ingin diberikan ke pembeli akan surut dan runtuh.Â
Jenis smartphone yang bertahan bukanlah mereka yang hadir dengan fitur canggih, melainkan perasaan apa yang melekat pada pembeli ketika memegang produk mereka.Â