Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nasib Akademik di Bawah Kendali ChatGPT

6 Maret 2023   17:53 Diperbarui: 6 Maret 2023   18:00 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kecerdasan buatan|freepik.com

Peran teknologi dewasa ini sangat mempermudah segala hal. Dengan hadirnya kecerdasan buatan, banyak segmen yang diuntungkan. Selain mempercepat akses referensi, mahasiswa sangat dimudahkan untuk mengerjakan tugas.

Meskipun demikian, perlu diingat ada harga yang harus dibayar kedepannya. 'Harga' yang saya maksud disini bukanlah biaya yang harus dikeluarkan untuk berlangganan, tapi lebih kepada berkurangnya kecerdasan alami manusia.

Kecerdasan buatan tidak sama dengan kecerdasan alami yang ada pada manusia. Untuk bisa memperoleh kecerdasan alami, seseorang perlu melatih otak dengan bertahap, bukan dengan cara instan. 

Apapun yang berlebel instan, baik itu mie instan ataupun mie rebus. Oppppss. Maaf! maksud saya kecerdasan instan, tidaklah berdampak baik bagi manusia dalam jangka panjang. 

Saya beri contoh, fungsi kalkulator yang pada kenyataannya membantu mempersingkat waktu untuk berhitung, membuat otak manusia lemot dalam mengkalkulasi. 

Otak manusia berfungsi dengan proses yang rumit, bertahap, dan mengintegrasikan segala aspek informasi yang masuk. Jika informasi yang masuk terlalu mudah, maka otak tidak menyimpannya menjadi memori jangka panjang.

Akibatnya, kemampuan otak untuk membangun logika akan lemah jika pola informasi yang masuk dominan mudah. Misalnya, biar gampang tinggal pakai GPS aja, lalu sim salabin, sekejap sudah sampai.

Sayangnya, ketika ponsel pintar tidak bersama, maka kemampuan navigasi tidak terbentuk. Apa sebabnya? otak tidak bisa memproses informasi yang berbasis instan. Ingat, segala hal yang mudah didapat akan mudah dilupakan otak. 

Kecerdasan Alami vs Kecerdasan Buatan

Kalau mau jujur, kecerdasan alami seharusnya lebih dikedepankan. Alasannya simpel, kemampuan optimal otak itu terbentuk dengan proses lama, bukan dengan cara instan.

Kalau tidak percaya, silahkan baca buku tentang cara kerja otak dan bagaimana otak memproses informasi, maka disana akan tertulis betapa rumitnya satu informasi diseleksi, dipilah dan dipilih oleh bagian otak berbeda untuk kemudian disimpan.

Semua proses ini bermanfaat bagi manusia untuk membangun kecerdasan alami. Seorang bayi harus terlebih dahulu merangkak sebelum bisa berjalan, tujuannya agar saraf motorik mengirim sinyal ke otak untu membangun memori otak. 

Jadi, informasi yang masuk ke otak memang secara alamiah harus berproses. Ketika informasi yang masuk dengan cara instan, otak dengan sendirinya tidak berkembang segaimana fungsinya. 

Jika kedepannya mahasiswa bergantung pada kecerdasan buatan semisal chatgpt, maka bukan tidak mungkin kemampuan intelektualnya berkurang.

Artinya, secara kemampuan otak memproses informasi akan jauh menurun dibandingkan mereka yang aktif menggunakan otak untuk membaca dan menulis. Itu baru contoh yang paling sederhana. 

Jika dalam sebuah ruangan terdapat 30 mahasiwa, bukan tidak mungkin dalam lima tahun kedepan setengahnya akan mudah jatuh ke pangkuan chatgpt.

Rayuan kecerdasan buatan ini sangat menggoda, layaknya godaan seorang cewek cantik pada seorang pria. Faktor kemudahan dan kecepatan bisa mengalihkan kepercayaan manusia. 

Semakin mudah siswa dan mahasiswa mendapatkan informasi, maka semakin sedikit usaha yang dikeluarkan. Akhirnya, jumlah akademisi yang mau aktif membaca akan berkurang drastis setiap tahun, apalagi yang mau menulis.

Sekarang saja jumlah lulusan doktor dan gelar profesor bertambah, tapi tidak sebanding dengan karya yang dihasilkan. Ada yang lulus sebagai doktor karbitan dan profesor jadi-jadian, disertasi dan karya ilmiah dikerjakan orang lain. 

Hasil instan dalam waktu cepat tentu saja mudah menipu siapa saja. "ah, kan teknologi makin maju", "kalau bisa cepat, ngapain dibuat susah" begitulah alasan yang bakal lumrah didengar nantinya. 

Budaya copy and paste bisa saja dianggap normal pada suatu saat. Faktor keengganan untuk mengecek sumber asli juga menjadi penentu kualitas kecerdasan generasi selanjutnya. 

Era teknologi memang terlihat mengagumkan, khususnya bagi orang-orang yang memang menginginkan kemudahan dan kecepatan. 

Kecerdasan alami manusia akan terkikis seiring majunya kecerdasan buatan yang dipelopori ilmuan. Perusahaan besar tentunya akan meraup untung milyaran dolar setiap harinya.

Arus informasi yang begitu deras membuat manusia tenggelam dalam kecerdasan buatan dan lupa akan kecerdasan alami. Pada akhirnya manusia sangat tergantung pada teknologi dalam segala aspek kehidupan.

Seorang siswa atau mahasiswa akan lebih merasa rugi jika kehilangan smartphone ketimbang sebuah buku. Lucunya lagi, ketika smartphone tidak dibawa serta, ada yang linglung tak tau berbuat apa dan terlihat kaku seperti robot yang hilang kecerdasannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun